Guru Sejati
"Bunda, ajari saya hadist bersuci, ya." Rakha mengungkapkan keinginannya. Ia galau usai video call sama gurunya dan diminta hafalan hadist bersuci tapi tidak lancar. Ia merasa malu dan minta diajari agar besok bisa setoran dengan lancar.
Melihat kegigihannya, aku jadi malu. Seharusnya aku mengajarinya terlebih dahulu agar ia bisa setoran dengan gurunya. Bukan menyerahkan pelajaran pada gurunya. Sejatinya yang berperan sebagai guru adalah orangtua. Orangtualah yang memiliki kewajiban mendidik anak. Mengenalkan siapa Tuhannya, mengenalkan tentang agamanya, Alqur'an, dan hadist.
Hm..., sungguh memilukan. Aku sibuk mengurus bayi yang baru pemulihan dari operasi. Sementara kakaknya aku sodori HP agar dia video call dengan gurunya untuk setoran hafalan Alqur'an, hadist, dan ngaji Yanbu'a. Aku dengar dia menyapa guru dengan semangat. Ia mulai mengaji Yanbu'a. Tapi dapat U yang berarti ulangi untuk hari besok. Beberapa huruf masih belum lancar. Untuk hadistnya juga belum lancar. Semangatnya turun. Ia sedikit kecewa. Lalu memintaku mengajarinya. Hatiku pilu saat dia berkata, "Ajarin aku, Bun. Biar besok lancar." Sejatinya guru sejati itu bundanya bukan menyerahkan pada guru di sekolah. Sebab, bunda adalah madrasah utama di rumah.
#tantangan gurusiana ke-24
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tetap semangat bun
Keren bun