"Widih... mantab bener jandanya. Cantik dan menarik. Kena berapa itu?" Kata itu terdengar oleh Mak Ijah dari dapur saat membuat kopi untuk tamu yang tak asing yaitu Pak Tora di sore hari. Suaminya dan Pak Tora memang akrab dan berteman sudah lama. Jika mereka ngobrol bisa lanjut sampai malam. Tak ada habisnya. Ada saja yang jadi bahan candaan.

"Lagi ngobrolin apa, to? Mukanya kok senyum-senyum gitu?" tanya Mak Ijah penasaran. Ia makin panasaran ketika Pak Tora menjawab, "Janda..." tapi disenggol suaminya pertanda tidak boleh melanjutkan. Mak Ijah pun menjadi cemburu. Ia melihat dirinya dan merasa tidak cantik lagi. Apalagi sekarang suaminya sering pulang terlambat. Suaminya juga jarang memuji gara-gara punya hobi baru yaitu koleksi bunga. Ia sampai mengeluh jika hari libur malah sibuk menanam bunga bukan bantu bersih bersih rumah.

Mak Ijah tak tahan dengan perubahan sikap suaminya, Pak Didik. Mak Ijah berpikir jika suaminya mulai puber kedua dan jatuh cinta pada janda kembang yang cantik. Ia pun menunggu di kamar dan hendak menegur suaminya. Ia ingin menyadarkan pada suaminya agar insaf dan tidak main cinta dengan janda. Ia sudah bermuka masam di depan suaminya ketika suaminya masuk kamar. Terjadilah keributan. Mak Ijah pun menangis setelah melihat foto janda itu di ponsel suaminya. Suaminya pun memeluk Mak Ijah sembari berkata, "Aku memang jatuh cinta pada janda, tapi itu hanya janda bolong. Bunga yang lagi naik daun. Jangan cemburu lagi ya, Mak."

#tantangan gurusiana ke 33