"Astagfirullah." Bu Jam terkejut dan terjun dari kasur. Cepat-cepat ia meraih anaknya yang terjatuh dari kasur tingkat. Segera ia kasih ASI ke bayi itu, Ayun. Ayun belum mau minum ASI. Ia masih menangis. Ia terdiam setelah Bu Jam memeluk erat dan meminta maaf, "Maafin Ibu ya, Dek. Ibu ngantuk banget sampai lalai menjagamu."

"Bagaimana Bu, kok bisa jatuh. Tambah sakit dia. Baru selesai operasi kemarin. Ini tambah jatuh. Bisa jagain gak Bu?" Pak Ogah memberi ceramah pada istrinya, Bu Jam. Bu Jam hanya bisa menangis. Tak mampu menjawab. Jika menjawab pun ia tetap salah dan pasti suaminya bisa marah. Ia beristighfar dan memeluk Ayun. Diraba-raba badannya. Dilihat-lihat kepalanya. Dalam penglihatan, ia tidak melihat adanya memar atau benjolan. Ia bertasbih memuji Allah karena telah menyelamatkannya. 

Waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Bu Jam kembali menidurkan Ayun. Bu jam tidak ikut tidur. Ia terus memandangi putrinya yang cantik itu. Ia teringat pada peristiwa kali pertama Ayun jatuh saat umur 3 bulan. Keningnya sedikit memar dan biru. Sedangkan untuk kedua kalinya ia jatuh dan Alhamdulillah tidak memar. Bu Jam merasa sedih mengaduk hatinya. Satu sakit belum selesai, sakit kedua datang lagi. Namun ia tepis bahwa segala sesuatu sudah kehendak Allah. Ia percaya bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik. Sejak saat itu Bu Jam dan suaminya menjadi lebih sayang dengan Ayun. Mereka juga lebih dekat dengan Allah. Rajin shalat dan sedekah. Mereka mencari berkah dari musibah.

#tantangan gurusiana ke-20