Panjat Kerikil
"Aku berhasil," kata Rakha usai memanjat gunungan kerikil di wisata sebatur Semarang. Awalnya ia agak takut. Tapi dengan motivasi bundanya ia menjadi semangat. Ia terjatuh. Sikunya berdarah. Ia tidak menangis. Bundanya yang bernama Bu Sika berpikir kalau ia akan menangis dan tidak mau memanjat lagi. Ternyata ia anak yang baik. Ia tetap semangat dan mencoba lagi memanjat gunungan kerikil.
"Aku sabar kok Bunda. Nabi Ayub saja sakit dan sabar. Allah menyembuhkannya. Aku juga akan sabar," kata Raka penuh semangat. Rupanya, kisah nabi yang ia dengar setiap malam dari Bundanya telah membekas di hatinya. Nasihat dan pesan moral ia dapati dan diikat dalam hati kemudian diikuti. Bu Sika senang melihatnya. Ternyata kisah yang ia ceritakan sungguh berarti. Beberapa kali Raka mengucapkan tentang sabar ketika ia menemui kesulitan atau terluka.
Manjat kerikil. Kadang bisa jatuh dan akan terasa sakit. Begitulah dalam kehidupan. Kadang akan menemui kerikil. Kerikil itu kadang menghambat jalan hidup. Hambatan sebaiknya diubah menjadi tantangan. karena jika tantangan sudah terlewati maka akan merasa senang, seperti Raka. Setelah mampu naik ke atas gunungan kerikil ia merasa riang. Ia pun berteriak, "Aku berhasil."
#tantangan gurusiana ke 32
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar