ASAL MULA MUSANG SUKA MAKAN AYAM
ASAL MULA MUSANG SUKA MAKAN AYAM
#tantangangurusiana hari ke-35
Pada zaman dahulu, di masa Kerajaan Binatang sedang jaya, semua binatang hidup dengan damai dan tenteram. Kerajaan Binatang berada di tengah hutan Sumatera, dan diperintah oleh Raja Singa yang adil bijaksana. Raja Singa dalam menjalankan pemerintahan, dibantu oleh menteri Gajah dan Penasehatnya Harimau.
Peraturan di Kerajaan Binatang, salah satunya adalah tentang pembagian waktu warganya mencari makan serta larangan sesama warga kerajaan menyakiti atau memangsa. Barang siapa yang melanggar peraturan kerajaan tersebut, maka dia akan dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya.
Peraturan tentang pembagian waktu warga kerajaan mencari makan adalah :
1. Warga yang hanya diperbolehkan mencari makanan pada waktu siang hari saja adalah semua binatang menyusui dan berkaki empat, serta semua jenis burung.
2. Warga yang hanya diperbolehkan mencari makan pada malam hari adalah semua binatang jenis kelelawar.
3. Warga yang diperbolehkan mencari makan di air, baik siang maupun malam adalah semua jenis ikan, siput, kerang dan binatang lain yang hidupnya di air.
Demikianlah bunyi peraturan yang sudah lama disepakati dan dipatuhi oleh semua warga Kerajaan Binatang. Baginda Raja Singa sangat senang, mendengarkan laporan Anjing sebagai Panglima Pasukan Keamanan.
“Lapor, wahai Yang Mulia Sri Baginda Raja!” kata Anjing memulai laporan.
“Silakan, wahai Panglimaku. Bagaimana keadaan wargaku serta wilayah kerajaan saat ini ?” tanya Baginda Raja kepada Panglima Anjing.
“Keadaan wilayah Kerajaan Binatang saat ini aman terkendali, Baginda!” jawab Panglima dengan tegas.
“Tidak ada percekcokan ataupun perselisihan antara warga Baginda. Semua waraga hidup makmur sejahtera, tidak ada yang sakit maupun yang kelaparan!” tambah Panglima
“Laporan sekian, dan terima kasih!” kata Panglima Anjing sambil menundukkan kepala memberi salam dan hormat pada Baginda Raja Singa.
“Terima kasih Panglimaku atas kerja kerasmu!” jawab Baginda Raja.
“Sampaikan salamku kepada seluruh anggota pasukanmu yang sudah memberikan sumbangan terbaiknya bagi negeri ini!” kata Baginda Raja Singa kepada Panglima Anjing.
“Kalau begitu, perkenankan Hamba mohon izin undur diri, Baginda. Hamba kembali kepada pasukan, Hamba!” kata Panglima Anjing
“Baiklah, Panglima. Sekali lagi terima kasih !” jawab Baginda Raja.
Sekian lama kehidupan yang tenteram damai tersebut berlangsung. Sampailah pada suatu hari terjadi keributan, karena ulah seekor musang yang mengusik keluarga ayam. Begini kisah ceritanya :
Musang adalah binatang menyusui dan berkaki empat. Sesuai dengan peraturan Kerajaan Binatang, maka waktu bagi Musang mencari makan adalah pada waktu siang hari. Selama ini, Musang sangat mematuhi peraturan tersebut. Hingga suatu hari, Musang ketiduran sejak pukul 10.00 pagi. Dia ketiduran karena tadi malam begadang bersama teman-temannya di tempat pesta ulang tahun salah seorang sahabatnya. Akibatnya hari ini dia mengantuk berat. Matanya seakan enggan untuk dibuka.
Ketika dia terbangun matahari sudah hampir tenggelam. Perutnya sudah keroncongan, karena lapar. Dia baru saja hendak mencari makan, ketika Pasukan keamanan Kerajaan melakukan patroli. Spontan Musang memberi hormat kepada pasukan keamanan.
“Salam, Panglima!” kata Musang menyapa sambil membungkukkan badan.
“Salam, Musang. Hendak kemana kamu saat hari sudah senja begini,?” tanya Panglima Anjing agak curiga.
“Anu.., eh..maaf Panglima! Saya baru saja dari sungai, baru selesai mandi!” ucap Musang berbohong.
“O begitu, ya. Ayo cepat pulang. Nanti kalau melanggar aturan raja, kau bisa dihukum pancung, lho?” kata Panglima Anjing mengingatkan.
“Ba ..baiklah, Panglima !” jawab Musang amat ketakutan. Dia berlari menuju rumahnya.
Panglima Anjing dan pasukannya berlalu pergi. Musang membayangkan ngerinya, kalau dihukum pancung. Pedang besar, dan tajam akan memotong lehernya sekali tebas. Wah, ini tidak boleh terjadi, pikir Musang. Bulu tengkuknya berdiri membayangkan peristiwa menyeramkan itu. Tapi perutnya ini tak mau diam. Amat lapar sekali rasanya.
“Aduuuh..., bagaimana ini? Perutku amat lapar. Aku tidak bisa menahannya lagi! Bagaimana aku akan mencari makan? Bukankah mata-mata Kerajaan ada dimana-mana? Bisa mampus aku, kalau ketahuan mencari makan di tengah malam!” pikir Musang pada dirinya sendiri.
Hari sudah mulai gelap. Musang gelisah memikirkan cara mencari makan. Perutnya sudah tidak tahan lagi. Di berjalan pelan-pelan ke kandang tetangganya yang bernama Ayam. Dia intip kandang Ayam. Dilihatnya keluarga Ayam sudah tertidur lelap.
Salah seekor Ayam nampak tertidur di sudut kandang. Ayam itu berada didalam sarang tempatnya bertelor.
“Oh, tentu dia sedang mengerami telornya,” pikir Musang.
Saat itu timbul akal licik Musang. “Kalau aku ambil telor Si Ayam agak dua butir, lumayanlah untuk mengobati rasa laparku!” pikir Musang.
Karena kandang Si Ayam dindingnya jarang-jarang, dengan mudah Musang bisa masuk ke dalamnya. Dia berjalan sangat pelan, hampir tak terdengar sama sekali. Dia sudah sampai dekat Si Ayam. Ditiup-tiupnya wajah Si Ayam, sehingga makin mengantuk. Kemudian Musang memasukkan salah satu tangannya pelan-pelan ke bawah badan Ayam. Diambilnya satu telor, lalu dimasukkannya ke dalam mulut. Kemudian dia berjalan keluar kandang Si Ayam dan memakan telor tersebut.
“Wah, ini makanan yang paling lezat yang pernah ku makan!” kata Musang pada diri sendiri. Maka Musang pun kembali secara perlahan ke rumah Ayam, dan berhasil mencuri dua telor Ayam sekaligus. Musang sangat rapi menjalankan strateginya, sehingga Ayam tidak menyadari, kalau telornya sudah berkurang.
Karena begitu enaknya telor Ayam, maka Musang menjalankan satu lagi strateginya, agar bisa makan telor Ayam lagi. Siang hari dia merayu Bapak Ayam, agar dibolehkan menginap nanti malam di kandang Ayam, dengan alasan dia kesepian tinggal sendirian. Karena mereka sudah lama bertetangga dengan baik, maka diizinkanlah Musang menginap di kandang Ayam.
Ketika semua Ayam sudah tertidur lelap, Musangpun mulai beraksi. Dia usap-usap si induk Ayam yang sedang mengerami telornya. Ditiup-tiupnya dengan perlahan, sehingga Ayam tertidur pulas. Ketika induk Ayam hampir terbangun, dia bersuara seperti induk ayam memanggil anaknya, sehingga tak ada yang curiga. Akhirnya Si Musang dapat makan telor Ayam pada malam itu sebanyak tiga buah lagi. Setelah hari siang, Musang permisi pulang dan mengucapkan terima kasih.
Induk Ayam merasa, telornya semakin berkurang, tetapi dia tidak tahu, siapa yang telah mencurinya. Hatinya mencurigai Musang, tetapi dia tidak mempunyai bukti. Induk ayam terpaksa menyembunyikan kecurigaannya. Dia diam saja, tidak memberitahukan pada Bapak Ayam.
Sementara itu di sarangnya, Musang memikirkan enaknya telor ayam. Masih terasa nikmatnya sampai saat ini. Kalau telornya saja begitu enak, apalagi dagingnya ayam. Pasti sangat lezat sekali. Memikirkan itu semua, Musang semakin malas untuk mencari makan. Akhirnya menjelang siang, dia tertidur lagi. Ketika Musang terbangun, matahari sudah mulai tenggelam.
“Aduuuh, kenapa kacau begini hidupku?” tanya Musang pada diri sendiri. “Malam ini lebih baik aku menangkap seekor ayam, pasti sangat enak sekali dagingnya!” pikir Musang.
“Jangan! Jangan mencuri! Nanti kepalamu dipancung Baginda Raja!” kata hati nuraninya. Terjadilah perperangan batin dalam diri Si Musang.
Tetapi akhirnya dia kembali ke rumah Si Ayam secara diam-diam. Kemudian dicekiknya langsung kepala salah seekor anak Ayam, sementara satu tangannya memegang kepak ayam yang tadinya sempat menggelepak. Dengan secepatnya dia berlari dan menirukan suara induk ayam memanggil anaknya. Dia terus berlari membawa ayam yang sudah pingsan dicekiknya.
Setelah sampai di sarangnya, Musang pun makan dengan lahap. Setelah kenyang, Musang tertidur pulas.
Pada keesokan harinya, Bapak Ayam sibuk mencari anggota keluarganya yang hilang. Tetapi sampai tengah hari, tidak juga ditemukan. Bapak Ayam sangat sedih sekali.
Akhirnya dia melaporkan peristiwa tersebut kepada Panglima Pasukan Keamanan Kerajaan.. Panglima Anjing mengendus-endus bau Ayam, sampai akhirnya dia tiba di sarang Si Musang.
Panglima Anjing mengetuk-ngetuk pohon tempat Musang bersarang berulang kali, tetapi tidak ada jawaban. Pintu sarangnya tidak tertutup.. Panglima Anjing dan Bapak Ayam masuk ke dalam sarang Musang. Sementara pasukan keamanan berjaga-jaga di bawah pohon.
Alangkah terkejutnya mereka, melihat Musang tertidur lelap sambil menggelungkan tubuhnya. Di sampingnya berserakan darah yang sudah mengering beserta bulu Ayam. Tak salah lagi, Musanglah si pelaku penculikan dan pembunuhan tersebut.
Panglima Anjing langsung mengikat keempat kaki si Musang dan membawanya ke persidangan kerajaan. Esok harinya, disidanglah Musang dihadapan Raja dan seluruh penghuni Kerajaan. Musang tidak bisa mengelak atas penculikan dan pembunuhan yang dituduhkan kepadanya. Maka Raja memutuskan Musang harus dihukum pancung.
Sebelum pelaksanaan hukum pancung, maka Musang berpesan pada keluarganya : “Mulai sejak hari ini, Ayam adalah santapan lezat bagi Musang. Bila kalian hendak memasuki kandang ayam, maka tirukan lah bunyi induk ayam, agar mereka tidak curiga. Dan bila kalian hendak memakan mereka, maka hembus-hembuslah mereka sampai tertidur.” Setelah menyampaikan surat wasiat yang tertutup itu, maka Musang pun siap dieksekusi mati.
Maka sejak saat itu, Musang selalu mengincar ayam diwaktu malam, sebagai makanan lezatnya.
Demikialah cerita tentang Musang yang sangat suka makan daging Ayam.
Pesan Moral :
1. Jangan merusak kepercayaan teman.
2. Jangan mengusik tetangga.
3. Jangan memelihara sifat serakah dan dendam.
4. Jangan menuruti hawa nafsu yang akan menyesatkan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bu. Semoga sehat dan sukses selalu. Salam literasi
Aamiin. Terima kasih atas motivasinya Bun. Salam dan sukses juga buat Bunda
Wah....begitu toh ceritanya?Tapi apa iya saat musang akan menyantap ayam dia menirukan suara induk ayam.????.....hehhee...keren... lanjut Bun...
He..he..Iya Bun. Musang bisa meniru suara induk ayam. Bunda belum tahu ya...Beruntung saya tinggal di kampung, setiap malam mendengar suara musang, meniru suara induk ayam memanggil anaknya.
Cerita yg lengkap penuh nasehat utk anak.Mantap bu
Terima kasih Bunda
Cerita yg lengkap penuh nasehat utk anak.Mantap bu
Alhamdulillah
Cerita yg lengkap penuh nasehat utk anak.Mantap bu
Wah.. Bunda Minerpa lagi sinyal lelet tadi ya. Makasih Bun
Cerita yg lengkap penuh nasehat utk anak.Mantap bu
Iya..Bunda.Doakan bisa dibukukan ya Bun
Cerita yg lengkap penuh nasehat utk anak.Mantap bu
Alhamdulillah
Cerita yg lengkap penuh nasehat utk anak.Mantap bu
Aamiin
Cerita yg lengkap penuh nasehat utk anak.Mantap bu
Terima kasih atas kunjungan nya Bun
Panjang banget ya Bu ceritanya. Tapi pada dasarnya bagus
He .he.Terima kasih Pak
Keren Bu, sampai dibuatin pesan moral ya. Baru tahu itu awalnya musang makan ayam. Hehehd
He..he..Kira kira begitu lah Bun
Pesan moral nya keren..salam kenal dan salam literasi
Terima kasih Bunda Henny. Salam kenal Bunda