DONGENG CICAK DAN KUCING
CICAK DAN KUCING
#Tantangan Gurusiana hari ke-47
Bagian 2
Sampai di depan rumah Cicak melihat Kucing sudah menunggunya dengan mata garang. Ekornya bergerak-gerak menandakan dia sangat bengis. Melihat pemandangan itu nyali Cicak langsung ciut. Cicak dengan gemetaran, lalu dia menyapa Kucing
“Ma..ma..maaf, Cing! Aaa..aku pulang terlambat!” kata Cicak terbata-bata dan suara hampir tak terdengar, karena sangat takut
“Mengapa kau pulang terlambat, hah?” tanya Kucing dengan gigi gemerutuk dan mata merah.
“Aku diajak teman-temanku berjoget sampai larut malam. Aku ketiduran karena lelah. Maafkan aku Cing. Mengapa kau marah begini, padaku?” tanya Cicak semakin ketakutan.
“Lihat dirimu, Cak! Cincinku yang kau jadikan kalung, mana?” tanya Kucing dengan sangat marah. Gigi Kucing yang menyeringai membuat Cicak semakin takut. Dia menunduk, tidak berani memandang wajah Kucing.
Mendengar kata “kalung,” spontan Cicak meraba lehernya. Ya..ampun,kemana hilangnya kalung, eh..cincin itu?” pikir Cicak sangat kalut.
Cicak makin menggigil ketakutan. Napasnya tersengal-sengal, bahkan terasa hampir putus karena Kucing menerkamnya. Kuku-kuku Kucing yang tajam, terasa menusuk sampai tulang sum-sumnya. “Tamatlah riwayatku!” kata pikir Cicak dalam hati.
“Ampun Cing, jangan bunuh aku! Kita sudah lama bersahabat! Masa kau tega membunuh aku?” kata Cicak mengingatkan Kucing.
Kucing mengendorkan terkamannya. Dalam hati nya Kucing kasian pada Cicak yang sudah tak berdaya. Kemudian dia berkata:
“Kau harus bertanggung jawab, Cak. Cincin itu peninggalan nenek moyangku. Itu satu-satunya hartaku yang sangat berharga. Tapi kau tega menghilangkannya. Kau harus mencarinya kembali sampai ketemu!” jelas Kucing sambil berlinang air mata.
“Baik.., baiklah Cing. Aku akan mencari cincinmu sampai ketemu. Sebagai jaminan, ku tinggalkan ekorku padamu. Lepaskanlah aku, Cing!” kata Cicak memohon.
Maka Kucing pun melepaskan Cicak dari cengkeramnya. Dengan tubuh yang masih menggigil, Cicak melepaskan ekornya dan memberikannya pada Kucing. Kemudian dia pergi kembali ke tempat pesta tadi malam. Kucing mempermainkan ekor Cicak yang ditinggalkannya sebagai jaminan.
Tapi apa yang terjadi? Sudah penat matanya mencari cincin Kucing tidak kunjung ditemukan. Mata Cicak sampai bengkak keluar karena nanar mencari cincin Si Kucing. Sudah dibantu oleh keluarga temannya yang pesta tadi malam, tapi cincin itu tidak juga ketemu. Sudah bengkak mata mereka semua, tapi hasilnya tetap nihil. Cincin itu seperti hilang ditelan bumi.
Akhirnya Cicak kembali pulang dengan tangan kosong. Diapun sudah pasrah. Apapun yang akan dilakukan Kucing kepadanya, dia terima dengan hati lapang. Mungkin ini sudah takdir nasibnya, berakhir dimakan Kucing.
Melihat langkah Cicak yang lesu dan mata yang sudah bengkak, Kucing pun tak sabar. Dia langsung geram dan marah. Diterkamnya Cicak, sambil terus memaki-maki Cicak. Suaranya terdengar sangat menakutkan.
“Grrrrk, hhmmm. Mulai hari ini..kita bukan lagi sahabat, Cak. Aku akan memburu anak dan keturunannmu, dimana pun aku temui, karena kau telah lalai dan mengkhianati kepercayaanku!” kata Kucing dengan sangat geram.
Maka sejak saat itulah Kucing dan Cicak menjadi musuh bebuyutan. Di mana pun Kucing melihat Cicak, maka dia selalu bersiap-siap untuk menerkamnya. Bila dia dapatkan Cicak itu, maka Kucing tidak langsung membunuh atau memakannya. Kucing akan mempermainkan Cicak itu lebih dahulu, dilempar-lemparkannya keatas, baru kemudian dimakannya. Kucing pun tak pernah tega memakan sahabatnya itu, melainkan ditinggalkannya sebagian.
Begitu juga dengan Cicak, bila dia tertangkap oleh Kucing, maka selalu dipotongnya bagian ekornya, seperti perjanjiannya dulu dengan Kucing. Kucing pun kadangkala tertipu. Dia asyik mempermainkan ekor Cicak, sementara Cicak telah melarikan diri mencari jalan selamat. Sejak saat itu pulalah mata Cicak menjadi besar dan menonjol keluar karena nanar mencari cincin Kucing yang hilang.
Demikianlah akhir kisah persahabatan Kucing dan Cicak, yang berakhir dengan bermusuhan seumur hidup, sampai anak-cucu mereka.
TAMAT
Pesan Moral
1. Jagalah selalu amanat dan kepercayaan sahabat kita.
2. Jangan menurutkan hawa nafsu dan terpengaruh dengan gaya hidup orang lain
3. Jangan hidup sombong, dan merasa bangga karena dipuji orang lain.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kok ngga cicak buaya saja nggih Bu hehehe...
He,he..Dicoba nanti pada dongeng yg lain ya pak
Cerita anak yg inspiratif. Terimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id
Iya Oak. Sama sama
Wah..mantul ceritanya bu.sukses slalu slm literasi
Terima kasih atas motivasinya Bun. Salam kenal kembali
Terima kasih bu pesan moral yang sangat bermanfaat. Jadi manusia kita tidak boleh sombong, harus menjaga kepercayaan.
Benar Bunda.Terima kasih atas kunjungan nya
Mantap Bu Samsimar. Semoga kita dapat menjaga amanah. Aamiin. Terima kasih telah berkunjung ke supraptobio.gurusiana.id. Wassalamu'alaikum.
Terima kasih atas kunjungan baliknya Pak
Keren ibu, ceritanya bagus, lengkap dengan pesan moralnya... Sukses selalu ibu cantik... Salam
Alhamdulillah.Terima kasih atas motivasinya Bun
Wee.. Bravo bun.. Hebaaat cerita yg sarat moral.. Mantap...
Terima kasih Bun
Terima kasih Bunda Wahyuni atas motivasinya
Keren banget bund.
Terima kasih Bunda
Cerita yang bagus...Masalah teknis penulisan aja kendalanya.
Iya Pak
Mantap ceritqnya..lanjutkan Bu.
Iya Pak. Terima kasih
Mantap ceritqnya..lanjutkan Bu.
Terima kasih atas kunjungan nya Pak
Jeniua ceritanya!
Terima kasih Pak Ical untuk motivasinya yg keren
Cerita bagus dan pesan moral yang luar biasa
Terima kasih Bunda Wiwit