#Tantangan Gurusiana Hari ke-117

Di sebuah desa ada seekor Monyet yang selalu membantu orang kampung memanen kelapa. Monyet itu tinggal bersama tuannya bernama Pak Kadir. Setiap hari Monyet dengan setia mengikuti Pak Kadir berkeliling desa yang menawarkan jasa untuk memanen kelapa. Monyet dengan senang hati membantu Pak Kadir bekerja mencari upah. Dari jasa memanen kelapa bersama Monyetnya Pak Kadir menafkahi keluarganya. Monyet merasa sangat berjasa pada tuannya Pak Kadir.

Setiap hari Pak Kadir memberi Monyet itu makanan. Monyet paling suka diberi makan pisang. Satu sisir pisang bisa habis oleh Monyet itu. Kalau makan pisang, mulut Monyet penuh sampai bengkak pangkal lehernya, menyimpan makanan yang belum ditelan. Lucu.., seperti orang yang dapat penyakit gondok. Monyet juga suka makan nasi yang diberi kuah. Monyet itu makan dengan rakus.

Monyet juga suka makan semua jenis buah-buahan. Pepaya, jambu, rambutan, nangka juga disukai Monyet. Bila tuannya minum susu atau teh di kedai minuman, Monyet dengan penuh harap tuannya akan memberinya juga minuman yang sama. Sebelum minuman itu sampai dia akan terus berteriak mengeluarkan suara protes

Suatu hari Monyet memanjat kelapa di tanah seorang tuan kebun. Kelapanya berbuah lebat. Sudah selesai Monyet memanen beberapa batang pohon kelapa. Menjelang tengah hari tuannya menyuruh memanjat satu pohon kelapa lagi. Tetapi pohon kelapa ini kiranya bersarang semut di atasnya.

Ketika beberapa ekor semut menghinggapi badannya, Monyet merasa geli.

“Haiii, semut. Jangan mengganggu. Aku mau membantu tuanku. Aku merasa terganggu, geliii.., Mut” ucap Monyet.

Semut menggigit sedikit bagian perut Monyet. Semut menunggu reaksi Monyet. Tapi tiba-tiba Monyet menempik dengan tangannya. Beberapa ekor Semut jadi pingsan kena tangan Monyet.

“Kamu sudah mengganggu tempat kediaman kami, Monyet,” jawab Semut. “Makanya kami menggigit kamu!” ucap Semut lagi.

“Khiiiiik...! nyeet.. nyeet..,! Aduuuh.., ini sakit sekali Mut. Mampus kamu, mati kamu Semut nakal!” ucap Monyet sangat marah. Ditepuk dan digaruknya sekujur badannya. Mulai kepala, punggung dan perut. Monyet menjerit-jerit kesakitan digigit Semut.

Semut tak mau kalah. Semakin ditepuk dan digaruk, semakit kuat dia menggigit. Apalagi beberapa ekor diantaranya sudah pingsan entah sudah mati, semakin banyak saja Semut keluar dari sarangnya. Mereka membela teman-temannya yang dipukul Monyet.

Mendengar suara jerit Monyet di atas pohon kelapa dan kelapanya tak kunjung turun, Pak Kadir mengegrutu. Pak Kadir menarik tali Monyet dengan beberapa kali sentak. Pak Kadir kesal dikiranya Monyet bermain-main saja.

“Haii.., Monyet pemalas, apa yang kau buat di atas sana? Mengapa belum juga kamu jatuhkan buah kelapa?” Ucap Pak Kadir kesal. Senjakkan tali yang keras membuyarkan percakapan Monyet dan Semut.

“Khiiiik.., nyeeet...nyeeett...! Aduh Tuan, sakiit, tahu? Aduh.. disini banyak Semut. Aduuuh..!” ujar monyet dengan kesal. Sakit sekali lehernya kena sentak. Monyet memegang talinya dengan kuat, agar lehernya tidak tercekik.

Melihat Monyet dimarahi tuannya, semut terpana. Ada rasa kasian terhadap Monyet. Monyet hanya menjalankan tugas yang diberikan tuannya. Tetapi teman-temannya sudah kepalang marah, tanpa dikomando sudah menyerang Monyet. Apa boleh buat, sarangnya sudah rusak oleh Monyet. Nampaknya perlu kerja keras untuk memperbaikinya.

Monyet yang kesal itu meluncur turun dari pohon kelapa sambil menjerit-jerit menyatakan sakit pada tuannya. Monyet yang kesal terus memaki-maki Semut.

Sampai di tanah Monyet hendak dilecut tuannya dengan sebilah ranting, tapi Monyet berusaha mengelak membela diri. Melihat semut banyak mengerubungi dirinya, Pak Kadir merasa iba. Akhirnya dia tak jadi melecut Monyet. (BERSAMBUNG)

Lubuk Alung, 13-09-2020