MUNGKINKAH PAK KHOERI SEDANG BINGUNG?????
Pagi ini saya baru sempat mengecek komentar yang memberi masukan pada tulisan saya yang saya posting. Pada salah satu tulisan saya yang berjudul "Mencoba Belajar Memahami Edi Prasetyo Dalam Aku", yang saya unggah tanggal 5 Maret kemarin, saya mendapat komen yang cukup menarik dari Bu Dyahni Mastutidan Pak Syaihu.
Bu Dyahni Mastuti memberikan komen: " Kalau saya baca lagi tulisan pak Edi, Aku dalam tulisannya beliau maksudkan bagi guru yang enggan membaca dan menulis. Itu yang saya pahami".
Kemudian dari komen tersebut saya balas dengan penjelasan seperti berikut: "Betul bu, insyaallah saya juga tahu kok. Temen-temen juga ngerti. Pak Syaihu juga paham. Paling yang masih bingung cuman Pak Khoeri Cah Pati saja karena saat ini masih berdiskusi dengan Ponco dan Silo di kediamannya".
Sedangkan komen dari Pak Syaihu mengatakan: "Luar biasa pak SAM, hebat termakan juga dengan tulisan pak Edi Prasetyo".
"Wwwwkkkklll, bukan termakan pak tapi terhanyut dalam jebakannya. Iha pak Edi tidak mau menuliskok ada tulisanya, setelah saya inceng secara diam-diam ternyata pak Edi nunul-nunul keyboard lap top. Saya kan tambah heran, kenapa keyboard yang ditunul kok bisa keluar tulisan. Kira-kira pak Syaihu apa berkenan menemani saya ngangsu kaweruh ke pak Edi???", jawab saya sambil sok akrab dengan pak Syaihu.
kemudian dari dua komentar yang saya kutip tersebut, saya terinspirasi dengan pernyataan saya yang agak iseng yaitu yang menyebutkan salah satu wong (Cah) Pati yang kebetulan sudah lama tidak menampakkan diri. Disitu saya sentil kalau pak Khoeri yang masih bingung dan masih repot diskusi dengan kedua sahabat karibnya - Ponco dan silo.
Mungkin teman-teman gurusiana agak penasaran nih. Benarkah pa Khoeri yang sempat nengkring di puncak top five sampek bingung semacam itu. Ahhhh, ya enggak to. Beliaunya kan sudah hebat. Sudah menelorkan beberapa buah buku - (wwwkkkll, gurusianer kan sudah pada tahu kan kalau buku bukan telor dan telor bukan buku). Tentu terlalu naif dan tega banget kalau sampai berani mengatakan Cah Pati yang super itu bingung. "Ahh itu hanya pembodohan publik saja", gumam ku dalam hati.
Sebenarnya judul tulisan di atas bukan bermaksud mendiskreditkan pak Khoeri. Karena pak Khoeri belum tentu mau di kreditkan. Mungkin saja mau kredit sendiri atau bahkan sudah berkecukupan tanpa harus kredit.
Terus terang saya menyebut pak Khoeri dan menyematkannya di judul artikel saya ini hanyalah sebuah ungkapan kekangenan dan rindu saya pada beliau yang telah berkenan memberi saya anugerah sebutan tukang kompor dalam tulisannya - saat menanggapi tulisan saya "Kudeta 421".
Menurut dugaan saya yang menjujung tinggi praduga tak bersalah, karena pak Khoeri tidak bersalah. Saat ini pak Khoeri sedang menyelesaikan proyeknya yatiu untuk menerbitkan bukunya - seperti rasan-rasan yang sempat saya dengab antara pak Khoeri dan pak Syaihu diawal Pebruari yang lalu. Yang mungkin, bukunya akan dijadikan umpan untuk merangsang kreatifitas gurusianer pemberani dalam kepenulisan.
Atau alasan lain, pak Khoeri sedang menunggu moment atau waktu yang tepat - ngenteni sangate (bahasa Jawa nya).
Terus apa hubungannya dengan tulisan saya yang mendapat komen dari bu Dyahni Mastuti dan judul diatas?
Hubungan atau benang merahnya terus terang tidak ada. Disini hanyalah sebuah umpanan bola liar yang sengaja munculkan agar di komunitas gurusiane terbangun suasana dialegtik yang penuh keakraban dan bermartabat. Begitu pula saat saya menyoroti tulisan pak Edi beberapa hari yang lalu. Saya mengulasnya, selayaknya saya sedang membaca sebuah sastra yang syarat dengan kritik sosial dan sekaligus merupakan gerakan tersembunyi untuk mendobrak kebuntuan tersebut. Sehingga perubahan budaya dalam tanada petik kebiasaan pasif bisa menjadi lebih produktif lagi.
Kalau dalam konteks sentilan pak Edi disebutkan tak mau menulis dan sekaligus tidak mau membaca. Dan bahkan, oleh bu Dyahni Mastuti, bola api yang bergerak liar tersebut telah ditendang secara keras dan telah ke arah guru yang tidak mau menulis dan membaca. Ya, sebenarnya inilah maksud dan ruh dari tulisan pak Edi yang di unggah beberapa hari yang lalu.
Tapi sayangnya sampai tulisan ini saya buat, pak Edi belum berkenan untuk memberikan komennya pada tulisan saya yang berjudul "Mencoba Belajar Memahami Edi Prasetyo Dalam Aku". Mungkin saja beliaunya cuman senyum-senyum sambil makan pisang goreng dan ditemani segelas secangkir kopi yang nasgitel - panas legi kentel, sambil menyaksikan pergerakkan bola api yang ditimbulkan tulisannya itu.
Demikianlah tulisan saya kali ini. Bagaimana tulisan Anda.
Salam hormat saya untuk pak Edi dan I miss you for Mr. Khoeri Cah Pati.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sedang menyelesaikan proyek buku pak, dan bingung mau dibagikan ke siapa bukunya
Alhamdulillah, p Syaihu sebagai sohibnya p Khoeri telah memberi info tentang kesibukan dn niatan p Khoeri. Semoga temen-temen gurusianer gembira mendengar kabar dn juga tantang tersebut. Atau bisa juga, p Khoeri sedang sibuk cari orang yang bisa dimintai in endorcemen untuk bukunya. Kalau untuk itu saya siap bantu pak kalau diminta.