Samsudin athafu

Nama: Samsudin Pekerjaan: Guru, Terapis Bioenergi & Quantum Energi, penyunting naskah/editor buku dan pegiat literasi di Tulungagung. Hoby: Membaca dan...

Selengkapnya
Navigasi Web

AKU PUN MERINDING

Hari ini, memang seperti hari-hari senin lainnya. Pagi-pagi diawali dengan upacara bendera bersama dengan rekan guru dan juga murid-murid selaku penerus estafet perjuangan bangsa dimasa yang akan datang. Dan seperti biasanya juga saya kebagian tugas menjadi Pembina upacanya untuk menggantikan kepala sekolah – yang insyaalloh beliaunya juga memimpin upacara di sekolah yang satunya lagi. Maklum, sekolahan kami dirangkap karena pengganti kepala sekolah yang baru sebagi pengganti kepala sekolah yang lama sudah purna tugas belum datang. Keterlambatan pergantian kepala sekolah tersebut karena masih menunggu pelantikan bupati sebagai penandatangan SK penambahan tugas dan sekaligus penempatan di sekolahan yang saya tempati.

Disaat awal upacara dimulai dipersiapkan, saya berpikir tentang materi atau pesan apa yang akan saya sampaikan sebagai materi pembicaraan saat amanat Pembina upacara bendera. Secara spontan, naluri saya mengingatkan bahwa materi tentang nasionalisme merupakan topik yang sangat tepat untuk diberikan. Apalagi bulan ini adalah bulan Agustus, yaitu yang diangap sacral bagi bansa ini. bulan Agustus dianggap sacral karena dibulan inilah bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya.

Berbicara tentang nasionalisme, angan-angan saya langsung terbang mengawang dan terngiang jelas ditelinga sebuah kalimat yang disampaikan oleh Bung Karno tentang nasionalisme dan juga penghargaan pada sejarah bangsa. Ungkapan tersebut sangat terkenal dengan akronim “JASMERAH” – Jangan Sampai Melupakan Sejarah. Tentunya sejarah perkembangan bangsa ini, mulai dari jama prasejarah, jaman sejarah, jaman colonial, jaman perang kemerdekaan, jaman mempertahankan kemerdekaan, dan jaman revolusi. Selain juga tidak kalah pentingnya tentang tokoh atau pelaku sejarah, yang telah berjuang mempertaruhkan harta, jiwa, raga dan juga nyawanya untuk bangsa ini. Nilai-nilai tersebut yang akan saya sampaikan pada saat upacara nanti – pikir saya sebelum saya menuju tempat posisi sebagai Pembina upacara pagi tadi.

Upacara pun terus berlangsung dan tiap tahap dari tata urutan upacarapun terlaksana secara baik. Dan ketika sampai urutan acara pengibaran bendera sang merah putih yang dilakukan oleh tiga orang siswi kelas 5 berlangsung serta dibarengi dengan iringan lagu Indonesia Raya lewat flash disk – mklum muridnya sedikit. saya merasakan sesuatu yang aneh pada diri saya. Tiba-tiba saja badan saya merasa dingin dan hampir-hampi air mata saya meleleh dan mengalir di pipi. Untung saja genangan air itu masih kuat terbendung sehingga tidak mengakibatkan banjir air mata.

Kiranya saat itu mengalami trans – hanyut dan lebur menyatuk dengan situasi masa dimana saat jaman perjuangan dahulu. Saat itu jelas tergambar suasana pengibaran bendera dan pendeklarasian proklamasi kemerdekaan yang dilakukan Bungkarno di lapangan Pegansaan Timur yang dihadiri oleh beribu-ribu pejuang kemerdekaan saat itu. Selain itu, saya terbayang heroiknya Bung Tomo ditengah – tengah riuhnya teriakan arek-arek Surabaya saat itu yang sedang berusaha merobek bendera Belanda di hotel Yamato saat itu. Bahkan saya juga merasakan betul – melihat berjajar-jarar jenazah para pahlawan yang telah gugur dan juga yang terluka karena perjuangannya demi bangsa Indonesia tercinta.

Momen upacara sihikmat dan sedalam ini jarang sekali saya alami. Mungkin dulu pernah sekali waktu yang sama saat saya sebagai peserta upacara. Namun kejadian itu tidak sedahsyat yang saya alami pada saat upacara tadi pagi. Karena suasana hati tersebut sampai membuat dada terasa berat dan saya beberapa kali menghentikan pidato saya karena harus menghela nafas untuk menenangkan diri. Bahkan saat upacara selesai dan bercerita pada rekan-rakan guru keaadaan hati saya masih tetap sama-ekstase seperti tadi.

Oh ya. Pesan dan nilai-nilai yang saya sampaikan pada saat amanat Pembina upacara tersebut adalah seperti yang saya banyangkan sebelum upacara dimulai tadi yaitu rasa nasionalime, patriotisme, cinta tanah air, dan rasa bangga menjadi warga Indonesia, yang kebetulan nilai-nilai tersebut diajarkan dalam Kurikulum 2013. Tepatnya termuat dalam tiga pembelajaran tematik yaitu: Pahlawanku – tema ke 5 pdi kelas 4; Bangga Sebagai Bangsa Indonesia – tema ke 5 di kelas 5; dan Cinta Tanah Air – tema ke 4 di kelas 6.

Dalam kesempatan tersebut saya menekankan pada murid-murid SD yang saya tempati untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini dengan melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk masa depan bangsa ini. Baik lewat kesriusan dari jalur akademik, olah raga, seni, menulis, atau apa saja yang bisa membanggakan. Semoga saja jiwa nasioalisme, patriotis, cinta tanah air semakin kuat tertancap didada mereka. Sehingga kelak selalu mampu memperkokoh kepak sayap Garuda di dadanya. Aamiin.

#aku menulis#Kacangan,5/8/19#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post