Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi online/daring (dalam jaringan) kata konsisténsi dikategorikan sebagai kata benda/
n yang didefinisikan sebagai ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak) ~ https://kbbi.web.id/konsistensi. Konsistensi merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian suata target kerja. Apa pun itu jenis pekerjaannya. Termasuk didalamnya adalah kegiatan tulis menulis. Hal in dikarenakan tanpa adanya konsistensi produktifitas kepenulisan akan mengalami ketersendatan. Bahkan yang lebih fatal lagi kemampuan menulis seseorang bisa semakin tumpul dan hilang sama sekali. Bila kondisi semacam ini terjadi, tentu saja karya kepenulisan tidak akan pernah bias dihasilkan lagi. Hal ini searah dengan pernyataan Dr. Ngainun Naim dalam bukunya yang berjudul The Power of Writing (2015: 50) menyebutkan “agar kita bias menghasilkal tulisan setiap hari dibutuhkan komitmen yang kuat. Tanpa komitmen yang kuat, sulit rasanya menjaga ritme menulis secara terus-menerus. Tetapi jika kita memiliki komitmen yang kuat, berb agai hambatan dapat diatasi.” Pernyataan Prof. Ngainun Naim diatas lebih dipertegas lagi oleh Hernowo Hasim seperti yang tertulis pada cover buku antologi SPN yang berjudul Resolusi Menulis Menyusun Rencana Mewujudkan Karya (2017) yang secara jelas menyatakan bahwa “Aku juga sadar kemahiran dan kenyamanan menulisku akan hilang sedikit demi sedikit jika tak kujaga dan kurawat. Menjaga dan merawatnya, sekali lagi, hanya dengan berlatih dan menambah pengetahuanku tentangnya. Ini perlu kulakukan secara konsisten. Konsisten disini tidak harus banyak dan berdarah-darah. Sedikit saja (15 – 30 menit), asalkan kulakukan setiap hari tentulah akan membuahkan perbaikan.” Konsistensi merupakan salah satu bagian penting dari dimensi kepribadian seorang individu secara holistik. Dan untuk merekonstruksi dimensi ini memerlukan rentang waktu yang cukup lama dan harus dibarengi adanya kekuatan niat, tekat, kekhusukan serta keistikhomahan selama dalam menjalani proses. Kemudian rangkaian runtinitas dan pembiasaan tersebut akan tumbuh dan terbentuk sikap/dimensi kekonsistensian tadi. Mungkin proses semacam inilah penebalan meilin pada otak kita terjadi. Dan bila hal ini bisa terbentuk secara terus-menerus maka hasil akhir (progressif result) akan sangat baik dan relative permanen tertanam dalam diri seseorang. Seandainya penebalan meilin terbangun memlalui pembiasaan aktivitas menulis tentu dampak positif yang dihasilkan adalah kemudahan dalam melakukan aktifitas kepenulisannya. Baik dalam penggalian ide, penyusunan kalimat maupun dalam pemilihan gaya penulisan yang digunakannya. Bahkan orang telah mencapai fase ini, disetiap harinya dia akan merasa gelisah dan sangat tersiksa bila belum melakukan aktifitas menulis sama sekali. Dia akan selalu merasa adanya kejanggalan karena energy yang terakumulasi dalam meilin kepenulisan belum tersalurkan. Terus bagaimana dengan yang belum mencapai kondisi semacam itu? Satu-satunya solusi adalah dengan cara memperbanyak latihan menulis. Sebab dengan memperbanyak jam terbang, memperbanyak latihan dengan tingkat kesiriusan yang cukup inten maka dengan sendirinya meilin kepenulisan kita akan terbentuk secara otomatis. Dan bila sudah terbentuk maka secara otomatis pula meilin-meilin kepenulisan akan memberi rangsang pada otak untuk segera menulis. Bahkan kegelisahan itu semakin memuncak bila hasrat menulis yang muncul tidak segera diekskusinya. Yang jelas tidak ada kerja keras yang sia-sia. Tidak ada jerih payah yang tidak membuahkan hasil. Yang pasti semua akan menjadi indah pada waktunya. Untuk merealisasikan pembiasaan tersebut seorang penulis harus memiliki banyak ide atau gagasan. Tema apa pun bisa diangkat untuk dijadikan tulisan. Apalagi dimasa pandemik semacam ini. Banyak sekali kejadian disekitar kita dapat dikupas menjadi tema kajian dari tulisan kita. Mulai dari perkembangan kasus covid, penanganannya, tantangan dalam pembelajaran, webinar, keluhan orang tua karena pembelajaran daring, dan masih banyak lagi sisi yang bisa ditulis.
Selain mengangkat tema-tema yang secara langsung melibatkan emosinal penulis secara langsung. Ide atau gagasan juga bisa digali dari bebragai literature atau buku pustaka yang kita baca. Dengan banyak membaca buku, bukan saja ide dapat memperbaiki alur penulisan yang kita buat. Menurut pandangan Khaled seperti yang tertulis dalam bukunya yang berjudul Musyawarah Buku disebutkan “Kalian adalah gudang hikmah kami, catatan terperinci kegagalan dan keberhasilan kami, nalar dan hawa nafsu kami. Kalian menghubungkan masa lalu dengan masa kini dengan dirinya yang sejati. Dari sebuah Kitab Tuhan yang luar biasa, kalian menciptakan sebuah peradaban. Dari sebuah inspirasi, kalian menciptakan sebuah gagasan, lalu pemikiran, kemudian system, selanjutnya sarana, akhirnya kalian menciptakan jalan-jalan dan rambu-rambunya” (Ngainun Naim, The Power of reading Menggali Kekuatan Membaca Untuk Melejitkan Potensi diri, 2013: 66).
Entah apapun yang kita tulis asalkan memberikan nilai positif patut dilakuka. Tidak perlu takut. dikritik tulisan kita jelek. Tidak usah takut dibuli.kurang ini kurang itu. Apaun reaksi orang lain terhadap tulisan kita anggap saja itu sebagai salah satu wujud kepedulian mereka pada tulisan kita. Kepedulian yang patut disyukuri. Kepedulian patut kita respon dengan menulis yang lebih baik, lebih berbobot, dan lebih banyak lagi. Apapun yang terjadi kita jadikan kita jadikan pemantik motivasi kita untuk tetap menjaga konsistensi kita kepenulisan tetap pada jalur yang benar. Dan akhirnya saya samapai selamat berkarnya dan bertulis ria, semoga banyak kebaikan yang bisa ditebarkan lewat karya tulis yang kita hasilkan. Aamiin.
Tulungagung, 26/08/2020
Komentar
Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi
Mantap ulasannya pak Sam. Memang penting menjaga komitmen menulis. Apalagi untuk rutin konsisten. Namun jika berhasil pasti membuka jalan jalan lebih banyak terbuka pada kesuksesan demi kesuksesan. Semoga. Salam sukses Pak Sam