Samsul Azwar

Guru IPA di SMPN 1 Muara Bungo, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.Jebolan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya. SD sampai SMP di Selesaiksn di Metro Lampu...

Selengkapnya
Navigasi Web
ASONGAN NOSTALGIA
image by. Samsul Azwar

ASONGAN NOSTALGIA

Sesungguhnya ada banyak pembeli dan ada penjual dalam wacana kehidupan.

Macau, America, Hongkong bahkan yang terdekat, Sentosa Resort Singapore dan genting high land adalah penjual mimpi "legal" terbesar. Mimpi itu dikemas dengan nama 'Judi'. Mimpi itu menarik banyak pembeli. Bukan hanya harapan tetapi juga kenikmatan terbuai mimpi-mimpi indah dengan bonus ketegangan. Semua juga tahu "pembeli mimpi " ini tak banyak yang benar- benar menghadirkan kenyataan dari mimpi-mimpi itu. Tetapi penjual mimpi itu semakin kaya, sedikit sekali 'pemimpi' yang terbangun dari mimpi diketidak tidurannya.

Dilain sudut yang yang jauh berseberangan sebagian orang menjual rasa iba, menukar kesehatan dengan kecacatan, menyembunyikan kekayaan dengan sandiwara kesengsaraan. Banyak pembeli dengan mimpi yang berbeda: memperoleh pahala untuk tabungan surga. Banyak, dan selalu ada pembelinya, bedanya mereka tidak dalam keadaan tidur dalam ketidak tiduran tetapi karena sandiwara itu cukup sempurna. Kita tentu tahu siapa -penjual itu- mereka.

Menulis buku sehharusnya adalah menjual. Diluar sana pembeli mau membeli apa saja. Terpikirkah kalau pembeli itu membeli buku yang isinya masalah saja, hanya untuk mengatasi kejenuhan dari masalah? Itulah TTS namanya.

Siapa juga yang percaya ada masalah kemudian dijawab sendiri yang disebut "bunga rampai" ternyata ada juga yang membeli. Apa saja ada pembelinya: pengetahuan, pengalaman, cerita masa lalu dan khayalan.

Menulis buku adalah mengubah "isi kepala" mengkreasinya menjadi rangkaian huruf ke kata. Memadukan kata ke Kalimat. Menganyam kalimat menjadi paragraf. Maka menjual "nostalgia" cerita masa lalu menjadi relevan untuk dibeli. "Orang akan setuju pada suatu pendapat bilamana pendapat itu mewakili isi pikirannya" kata Madame de Saussere. Maka wajar saja "Dilanku Tahun 1990" bisa booming karena tidak hanya digandrungi muda-mudi tapi juga menyeret orang tua yang "merasa" merekalah pemilik dekade 1990. Mungkin buku best seller lebih banyak tentang masa lalu walaupun ada yang juga tentang masa depan. Maka sesederhana apapun masa lalu (bisa kita atau orang lain) tetaplah layak kita kreasi menjadi tulisan. Semenarik apa? Ingat-ingat sajalah. Kalau ada yang terpesona dengan bagaimana dua hati bisa menyatu dalam cinta. Kalau ada yang tertawa terkekeh kekeh karena keteledoran. Ada yang terkencing-kencing ketakutan atau ternganga atas fakta. Maka nostagia itu layak menjadi sebuah buku. Maka mari mengasong nostalgia.

Muara Bungo 6 April 2018.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post