SAMSUL HIDAYAT

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Covid Tembus Satu Juta, Mengajar di Malaysia Tertunda

“Wow gila” kataku saat itu. Aku dikagetkan dengan informasi yang baru muncul di halaman facebook. Merasa ingin tahu, aku tinggal meng-klik berita tersebut. Saat itu pukul 07.30 WIT untuk Papua.

 

Saat itu aku sedang duduk-duduk di ruang tengah sambil mempersiapkan materi untuk anak-anak. Wifi hp tak lupa selalu tersalurkan dengan laptop. Sepertinya aku semakin mahir dalam penguasaan berteknologi. Aku bisa menguasai lantaran paksaan yang menjadikan aku harus menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini. ini sisi baiknya. Namun, dibalik dari semua itu mataku yang  menua sudah mengalami penurunan. Penyebabnya aku harus bekerja di depan laptop dan hp. Tidak hanya satu jam atau dua jam, bahkan bisa tiga sampai lima jam untuk mempersiapkan materi baik video pembelajaran atau modul. Sepertinya aku harus menggunakan kaca mata. Mungkin kaca mata anti radiasi atau minus.

 

Ruang tengah menjadi ruang yang biasa untuk bercengkrama bersama teman guru. Ruang ini juga dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu kalau ada wali murid atau siswa yang datang ke rumah. Biasanya mereka datang menanyakan perihal kegiatan pelajaran. Ada juga datang hanya untuk bermain. Maklum sudah hampir setahun meraka tidak bertemu guru. Paling-paling dalam forum wa, itu saja untuk saling berbalas pesan.

 

Pak Novian kala itu baru selesai berpakaian. Biasanya ia berangkat pagi. Di sekolah paling-paling datang untuk bercerita di kantor sambil menunggu siswa mengambil tugas.

 

“Ada apa Pak Sam?” tanya dia sambil merapihkan kancing baju. “kelihatannya serius sekali.” imbuhnya.

“Ini Pak Nov ada berita baru terkait Covid-19, Indonesia termbus tembus terbanyak di Asia Tenggara.” jawabku sambil menunjukan informasi tersbut di media massa.

“Uedan ya, sampai sebanyak itu?” Ia terkejut.

“Iya pak.” Aku geleng-geleng kepala.

 

Di lansir dari suara.com “Kasus positif Covid-19 di Indonesia termbus satu juta orang lebih pada Selasa (26/1/2021), sekaligus menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mencapai satu juta kasus lebih. Tak hanya itu, Indonesia juga menjadi negara pertama dengan angka kematian tertinggi di Asia Tenggara dengan angka 28.468 jiwa melayang akibat Covid-19.

 

Di lever Asia, Indonesia juga menjadi negara keempat, setelah India, Turki, dan Iran yang melewati angka satu juta kasus.

 

Angka kesembuahan 820.236 pasien Covid-19 di Indonesia juga menjadi nomor satu di Asia Tenggara, hal yang sebanding jumlah kasus.

 

Pada bulan Januari, Indonesia telah melakukan 32.004 tes per 1 juta orang, masih jauh jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara Lainnya.

 

Tercatat sudah 34 Provini dan 510 kabupaten/kota di Indonesia yang terinfeksi virus Covid-19.”

 

Aku biasanya mendapat berita dari media massa elektronik. Kadang berita ini muncul di halaman facebook. Youtube juga menjadi akses utamaku dalam mendapatkan informasi. Maklum di rumah kami tidak ada televisi. Kamu tidak cukup uang kalau membeli terlevisi. Itu belum untuk langgaran indihome. Kalau hanya parabola biasa ,tidak lengkap rasanya di papua.

 

Hanya berbekal hp dan jaringan internet, aku lebih mudah dalam mendapatkan informasi. Lebih efektif dan efesien juga.

 

Sebagai rakyat Indonesia aku kerap mengomentari sikap pemerintah. Sepertinya dalam penangan Covid-19 belum menunjukan keseriusan. Masyarakatpun susah dalam menjaga protokol kesehatan. Kadang komentar itu saya layangkan di kolom komentar yang tertera di bawah media atau youtube.

 

Pak Novian sebenarnya bulan ini sudah mau resend menjadi guru di Papua. Saat ku tanya alasannya, ia menjawab sudah cukup untuk mengajar di Papua. Sudah lima tahun kami bersepuluh guru dari Jawa mengajar di Papua. Cukup menjadi bekal dan pengalaman. Pak Novian juga sedang menungggu panggilan mengajar di Malaysia yang beberapa bulan yang lalu ia daftar. Berbagai tes sudah dijalani. Hanya tingggal menunggu informasi kelulusan.

 

Namun keinginan untuk mengajar di Malaysia sepertinya harus tertunda. Ketidak jelasan dalam penanganan Covid-19 mengakibatkan korban bertambah banyak. Hal ini berdampak akses keluar negara di batasi. Salah satunya pengiriman guru ke Malaysia.

 

“tit…tit…tit” suara klakson tukang sayur keliling memotong perbincangan kami. Aku harus bergegas turun ke bawah untuk membeli sayur. Dengan adanya tukang sayur, kami termudahkan. Tidak harus pergi ke pasar. Tentunya irit bensin. Siapa juga yang mau ke pasar pagi-pagi. Terlebih sudah waktunya jam masuk kantor.    

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren tulisan Pak Samsul, Barokallah

20 Mar
Balas

Salam kenal Pak Sam. Ulasan yang top markotop. Terima kasih sudah berbagi kisah. Salam literasi sukses berkarya.

30 Mar
Balas

Ulasannya mantap pak. Salam kenal dan salam literasi

07 Feb
Balas

Selalu keren pakMasyaAllah

03 Mar
Balas

Selalu keren pak...MasyaAllah

03 Mar
Balas



search

New Post