Asal Mula Tanah Kerinci
Suasana pagi itu tampak sangat cerah. Angin berhembus sepoi-sepoi mengajak rumput menari sesuai arah yang dibawakan oleh angin. Irama lagu burung kutilang menambah indah suasana pagi di puncak sebuah desa di bawah kaki gunung.
Dari atas gunung hanya tampak air saja. Mungkin desa merekalah yang paling tua di kawasan itu. Ya, tidak ada desa selain desa yang terletak di bawah kaki gunung itu.
Seorang pemuda gagah berambut sebahu muncul dari balik pohon besar seraya membawa binatang buruannya dengan setengah berlari seraya berseru,"Calupat! Calupat! Wo pulang!
Dari dalam rumah keluar pula seorang lelaki berambut sebahu juga dengan wajah yang sama dengan wajah lelaki pertama. " Ya wo...calupat hidupkan api dulu. Wo istirahat dulu. Nasi sudah masak. Tinggal calupat buat lauk untuk makan."
Lelaki bermata sayu, yang dipanggil wo itu tersenyum manis. Dia memperhatikan adiknya dengan seksama. Ya, sejak ditinggal kedua orang tuanya, otomatis dialah yang bertanggung jawab pada adiknya. Amanah itu selalu diingatnya. "Jangan sampai adikmu merasa kehilangan kami calungga," pesan ibunya sebelum meninggal.
Calungga sangat mengerti karena jarak dia dan adiknya sangat jauh yaitu 7 tahun. Saat ibunya meninggal usianya 14 tahun dan adiknya 7 tahun.
Kenangan itu sirna ketika adiknya muncul di depannya membawa makanan yang telah masak. Memang adiknya jago masak. Mereka makan dengan lahap.
Suatu hari Calupat berjalan ke sungai. Sepulangnya dia menemukan sebuah telur besar. Dia membawanya pulang dengan senang. Bisa makan bersama wo (abang, uda atau kakak tertua). Sambil bernyanyi dibawanya pulang.
Setiba di rumah wonya belum pulang. Dia berfikir untuk memasak telur itu seraya menunggu abangnya pulang. Namun semasaknya telur itu, wonya belum pulang. Calupat berfikir biar dia makan dulu telur itu nanti disisakan untuk kakaknya.
Calupat memakan telur tersebut. Namun saking enaknya dia menghabiskan telur tersebut. Mulanya biasa saja. Namun lama kelamaan kok dia merasa haus. Dia menjerit kehausan. Kakaknya yang baru pulang terkejut mendengar jeritan adiknya. Dia mendekati adiknya dan melihat apa yang dimakannya. Ternyata dia memakan telur naga. Dia memberikan minuman. Tapi tidak hilang hausnya. Adiknya berlari keluar dan menghirup air yang berada di dekatnya sampai habis. Seraya mengikuti air yang telah lama makin kering. Sampailah dia disebuah tempat. Tubuhnya berubah jadi ular dan menenggelamkan diri di danau. Yang sekarang disebut Danau Kerinci
Sang kakak merasa bersalah dan mengasingkan diri ke atas sebuah gunung. Dia menemukan sebuah rawa atau danau dan menenggelamkan dirinya di danau tersebut. Yang.sekarang disebut rawa bento atau.danau.bento.
Jadilah tanah yang berair jadi sebuah tempat yang kering. Kering cair. Kerinci.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasan yang keren
Terima kasih
Mantap ulasan yang keren
Terima kasih bu
Gunung Kerinci bermahkota putih, Pak. Indahnya. Bagus ceritanya. Mohon diedit posisi gambar/fotonya agar nyaman yang melihatnya, Pak Sandi.
Ya pak...kebetulan laptop sedang diinstall...
Salam kenal dari Banten, Pak Sandi.
Salam kenal juga dari kerinci jambi
Tulisannya keren dan inspiratif. Ajak-ajak dong ke Kerinci. Salam Literasi.
Boleh mas...