Maafkan aku
Maafkan aku
Sesosok tubuh renta duduk bertelekan tangan dipinggir jalan dengan sapu ditangan menunggu mandor datang bawakan gaji bulan Januari ini
Gamitan tangan menyetop ojek
Membawa badannya pulang ke rumah
Yang disambut oleh lima anaknya yang susun paku menunggu dia bawakan makanan untuk dimakan
Duduk ia di dapur merebus dua mie instan untuk dimakan mereka berenam
Hanya itu karena gajinya harus dihemat sampai akhir bulan.
Sebab jajan anaknya yang sekolah harus ada tiap bulan
Tertunduk lesu dia di kamar mandi
Membayangkan suami yang telah meregang nyawa di penjara dengan berita tersebar menjadi biang onar disana.
Entah iya entah tidak
Yang ada hanya sebuah surat dari suami tercinta yang mengatakan
Maafkan aku tak bisa bersama membesarkan anak kita.
(Pondok Tinggi, 21 Juli 2009)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisahnya singkat namun begitu menggugah gulana. Mantap, Pak
Terima kasih
Beratnya beban si ibu. Smg dia kuat selalu.
Ah sedihnya... mantab....
Kisah kawan
Puisi keren
Terima kasih
Luar biasa menginspirasi Pak Sandi
Terima kasih
Keren banget, sukses selalu untuk Bapak
Terima kasih
Kisah yg mengharukan bikin meleleh.
Terima kasih bun
Mengharukan
Terima kasih
Duuhh...sedihnya hati oma. Blh kah oma suudzon?
Sayapun suudzon juga Oma...sebab saya tahu suami beliau adalah keluarga saya
Sayapun suudzon juga Oma...sebab saya tahu suami beliau adalah keluarga saya
Puisi yang indah
Terima kasih
wess keren sajaknya pak sandi
Terima kasih