Sandi Yulianto Samah

Sandi Yulianto Samah, lahir 11 Juli 1975 di Sungai Penuh, Jambi Merupakan anak kedua dari 5 orang bersaudara dalam keluarga Samah Sari Ilyas dan Maiyurni Sham....

Selengkapnya
Navigasi Web

Sang Pelindung (Sang Petarung Continued)

Di tempat lain dalam waktu yang bersamaan...

Gubernur Gorontalo beserta jajaran mengadakan pertemuan di Hotel Sonia di Kota Gorontalo membahas fenomena yang berkembang selama ini. Bermunculannya gerombolan topeng hijau berobor ungu yang menggemparkan kota Gorontalo beberapa tahun belakangan ini. Pro kontra terjadi di kalangan pejabat teras ruang lingkup desa sampai ke tingkat provinsi. Fihak yang pro mengatakan bahwa kehadiran mereka adalah anugerah Tuhan kepada rakyat karena berkat mereka rakyat banyak terbantu saat pejabat sibuk dengan sifat hedonisme mereka dan pamer kekayaan pada rakyat yang sedang menderita. Hasil panen yang tidak ada harganya. Daya beli masyarakat yang menurun. Lalu dana-dana BLT terkadang menyasar kepada yang tidak berhak. berputar pada ruang lingkup keluarga para aparatur desa dan RT. Sedangkan yang kontra menyatakan bahwa ini akan jadi bahaya yang akan menyebabkan rakyat hilang kepercayaan kepada pemimpinnya. Mereka berasumsi gerakan ini di danai oleh antek-antek anti NKRI yang ingin menghancurkan kepercayaan pemimpinnya.

"Saudara bupati, camat dan kepala desa dalam lingkup pemerintah provinsi Gorontalo yang saya hormati...

Telah kita dengar sepak terjang gerombolan bertopeng hijau berobor ungu dalam lima tahun belakangan ini yang menimbulkan pro dan kontra antara kita. Yang pro merasa terbantu dan yang kontra merasa dilangkahi. Namun saya merasa sangat terpukul dengan situasi seperti ini karena saya merasa sebagai pemimpin belum bisa mengakomodir kehendak rakyat. Dana ADD yang diberikan pemerintah nampaknya tidak menyasar kepada program yang mensejahterakan rakyat. Dari 72 kelurahan dan 657 desa yang ada di Provinsi Gorontalo bapak hitung saja berapa desa yang benar-benar menyalurkan dana desa sesuai prosedur?”

Semua yang mendengar terdiam.

“Yang saya lihat banyak kepala desa yang rumahnya bertambah sedangkan jalan pada rusak. Seharusnya Bumdes menghalangi urbanisasi tetapi tidak begitu banyak yang berjalan dengan baik. Saya pribadi merasa terbantu. Ketua RT yang menjadi ujung tombak pada desa dimanfaatkan dengan sebaiknya oleh mereka yang langsung membawa bantuan langsung ke rumah. Apakah hasil musresbang benar-benar kita laksanakan? Kalau tidak jalan dimana nyangkutnya? Jika provinsi tidak sanggup maka saya akan mengajukan kepada Pusat untuk menyelesaikannya.”

Diam sejenak.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang? Berburuk sangka dengan apa yang mereka lakukan adalah tidak pada tempatnya. Gerombolan pengacau keamanan yang dikomandoi oleh Arhan telah tampak berubah total. Banyak mereka yang berladang dan berdagang. Bahkkan ada yang menjadi nelayan modern. Mereka menyimpah sedikit harta mereka dalam membantu masyarakat yang tidak mampu. Banyak pabrik baru yang berdiri yang menyerap tenaga kerja. Terakhir perusahaan pengolah sampah yang berdiri. Swadaya pak? Swadaya. Mereka membuat mesin pengolahan yang berkapasitas 50 ton.”

“ Lalu apa yang harus kami lakukan pak?” Tanya salah seorang kades yang sedang menjadi sasaran tembak KPK tahun ini. Dia dicurigai menyalahgunakan wewenangnya karena bertambahnya jumlah kekayaannya selama 10 tahun belakangan ini sedangkan desanya tidak ada perubahan sedikitpun. Bahkan desanya termasuk desa termiskin di Kabupaten Gorontalo, desa Tilote di kecamatan Tilango.

Sang Gubernur tersenyum gamang.

“Bukankah kalian dipilih untuk mengerti keadaan rakyat dan membuat program yang berfihak kepada rakyat?”

Kades tersebut terdiam karena dialah yang termasuk kelompok kontra. Mereka merasa tersinggung karena bantuan itu tidak melewati mereka. Apalagi uang. Tentu dapat mereka permainkan. Niat sudah buruk.

“Saya tahu andalah penggerak kelompok kontra ini karena anda dan kroco anda tidak bisa bermain dengan bantuan itu.”

Kades tersebut terdiam.

“Saya menghimbau untuk membentuk lapangan kerja di desa. Permudah jangan dipersulit.”

"Siap pak!”

Semua tampak disengat listrik tegangan tinggi yang menyadarkan mereka. Mereka memilih jadi pimpinan maka mereka pula yang harus mencari jalan dan tempat pengaduan dari rakyat. Kades Tilote pun merasa tersentak dengan kejadian ini. Mulai dia merenungi semua. memang telah jauh dia berjalan. Ia akan bergerak seperti gerombolan bertopeng hijau. itu janjinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

kepala desa yang rumahnya bertambah sedangkan jalan pada rusak hahaha realita, mantap Cak, lanjutkan!

11 Mar
Balas

Terima kasih cak

11 Mar



search

New Post