Sandi Yulianto Samah

Sandi Yulianto Samah, lahir 11 Juli 1975 di Sungai Penuh, Jambi Merupakan anak kedua dari 5 orang bersaudara dalam keluarga Samah Sari Ilyas dan Maiyurni Sham....

Selengkapnya
Navigasi Web
Sang Pelindung (Sang Petarung continued)

Sang Pelindung (Sang Petarung continued)

Dengan bergabungnya dua bandar besar narkoba di Gorontalo dalam kelompok Arhan membuat peredaran narkoba di Gorontalo mulai hilang dalam peredaran. Polisi pun menjadi bingung. Ada apa ini? Kenapa tidak ada yang mau menjadi kurir lagi? Semua anak buah Arhan hilang bagai ditelan bumi. Semua. Ini yang menjadi trending topik tiap hari. Bukan hanya itu penjualan manusia pun sudah lama hilang. Sangat aman. Ya wajar saja. Semua anak buah Arhan serta rekanannya ditawarkan hidup yang lebih nyaman dari kejaran polisi. Bahkan oknum polisi yang ikut bermain pun jadi bingung. Kemana lagi mau mencari kurir.

Lapangan kerja yang tercipta sejak munculnya topeng hijau berobor ungu ini pun sangat banyak. Pabrik kakao yang besar berdiri di Kota Gorontalo yang menyedot banyak pekerja. Ada juga pabrik pengolahan sea food yang baru berdiri dua tahun ini yang tidak tahu siapa yang punya. Tapi juga menyerap lapangan kerja. Bahkan saking banyak lapangan kerja banyak yang mendatangkan pekerja dari luar.

Memang target dari Arhan adalah semua penduduk Gorontalo punya kerja. Makanya pekerjaan yang membutuhkan pekerja banyak dibuatnya. Seluruh harta yang tinggal dia manfaatkan untuk itu. Hitung-hitung penebus dosa masa lalunya.

Programnya didukung oleh banyak orang. Antonius dan Donnilah yang menjadi penyambung dengan pengusaha dan pemerintah dan ditambah Harjo yang sangat pandai melobi. Kloplah semuanya.

****

"Arhaaan! Jangan keluar nak!" Seru Hariana yang berlari sambil membawa makannya.

Lelaki pemulung itu terkejut mendengar nama itu. Nama yang telah lama lenyap ditelan bumi. Dulu ia merancang semua kejahatan yang ada di Gorontalo. Sekarang dia ingin menjadi perancang kebaikan di Gorontalo.

"Nak mau...Arhan mau makan sama kakek Oom...!"

"Kakek Oom lagi sibuk!"

"Ndak...kakek Oom dak sibuk. Ya kan kakek Oom?"

Arhan kecil bertanya padanya.

"Apapun untuk Arhan, Kakek Oom tetap ada waktu."

"Kan mama salah! Kakek Oom itu kawan akrab Arhan."

Hariana terdiam. Mata itu tak pernah dia lupa. Mata yang memisahkannya dengan mamanya. Ya sangat mirip. Walaupun wajahnya berubah tapi mata itu takkan mungkin berubah.

Lelaki pemulung itu menyadari Hariana mulai menebak-nebak. Ia tersenyum manis.

"Anak kok kaget melihat mata saya?"

"Mata oom mirip dengan mata papa sambung Yaya. Kawan papa. Tapi tak mungkin."

Belum sempat bicara Lili keluar rumah.

"Hei ngapain berdua disana?"

"Arhan dak mau masuk rumah ma. Dia mau duduk disini."

"Ya Oma. Arhan mau sama Kakek Oom."

Lili tersenyum manis.

"Ya dak apa-apa. Tapi makan ya..."

"Ya tapi disuapin oleh kakek Oom."

Lelaki pemulung itu tertegun. Dia sadar. Anak ini menyadari bahwa dia bukan orang lain. Hatinya masih bersih. Sangat bersih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wauw...punya six sense mungkin si Arhan kcl. Lanjutttt, Mas Sandi

26 Feb
Balas

Ya Oma..

26 Feb



search

New Post