tagur 365

Hari ke -113 (Rabu, 06/05/2020)

Biru, perak dan emas sudah saya terima dengan rasa nano-nano yang sulit dilukiskan dengan diksi.

Ketika sibiru mengetuk pintu lewat email yang dikirim dari Mas Hisyam, saya langsung buat puisi tanda senang hati, begitu juga saat perak kembali datang lewat alamat yang sama terakhir saat emas juga tak kalah bikin haru luar biasa. Semua sudah saya kantongi dengan rasa bahagia namun juga penuh tanda tanya.

Masih mampukah saya bertahan untuk tetap konsisten menulis setiap hari?

Jika ditanya hati dan kemauan, bukannya angkuh, tetapi waktu telah melatih untuk mengeja rindu dalam hentakan jemari mengurai diksi yang saya miliki di setiap hari yang dilalui.

Selain kegiatan menulis non-stop setiap hari juga diselingi lomba-lomba setiap tanggal satu tiap bulannya.

Lomba pertama yaitu bulan Maret dengan tema merdeka belajar. Saya ikut berpartisipasi mengirim naskah namun tidak masuk  kelompok 100. Artinya saya belum beruntung. Tahap berikutnya pada bulan April saya tetap mencoba yang saya bisa pada tema guruk penggerak, saya masih belum beruntung selanjutnya kembali ada lomba membuat puisi  tentang pendidikan. Saat ini masih tertera judul puisi dan nama saya pada urutan ke-200 -an.

Setiap kompetisi pasti ada kalah dan menang, itu sudah pasti. Jadi apapun hasil keputusan dewan juri itulah yang terbaik. Pada bulan Mei saya di penghujung deadline kembali menunjukkan partisipasi saya meramaikan lomba dengan tema di rumah saja.

Alasan mengapa saya mengirim di akhir deadline, bukan karena sengaja, tetapi memang waktu yang tersisa hanya itu.

Lalu ada apa dengan judul artikel saya kali ini "Penuh Tanya"

Sore ketika santai menanti waktu meramu bahan yang hendak dimasak, saya iseng membuka email yang masuk.

Nah kali ini saya kaget, ada piagam tentang merdeka belajar.

Pertanyaan saya apakah semua partisipan dapat piagam tersebut atau piagamnya nyasar?

Sebelum terjawab saya ucapkan terimakasih kepada panitia lomba Maret 2020 dengan tema merdeka belajar. Ni