Pagi Terindah (Hari ke-6)
Pagi Terindah
Dikesunyian subuh alarm berbunyi, membangunkanku di pagi yang dingin. Bergegas aku ke kamar mandi, saat melewati dapur kulihat ibu sedang membuat sarapan pagi. Setelah mandi dan sholat subuh, aku bergabung dengan ibu, ayah dan adikku untuk sarapan. Tidak banyak yang kami bicarakan pagi ini. Kulihat wajah ayah, ibu dan adikku sendu. Ada sesuatu yang mereka rasakan namun berat untuk dikatakan. Akupun diam terhanyut dalam perasaanku sendiri.
Selesai sarapan, ayah memanaskan mesin sepeda motor tuanya, bersiap mengantarku ke pelabuhan. Aku mengambil ransel dan tas jinjingku dan mencium tangan ibu untuk berpamitan. Ibu memelukku dengan pesan agar selalu taat beribadah. Dan adik memelukku dengan doa semoga aku dimudahkan. Ada berjuta rasa dalam perasaanku pagi ini. Saat sepeda motor mulai berjalan aku mengucapkan salam kepada ibu dan adikku, dan di jawab mereka dengan suara serak. Dipersimpangan aku sempat menoleh ke rumah, tak terasa air mata jatuh di wajahku.
Kami menyusuri jalan yang masih sepi, karena kesibukan kota kecilku belum di mulai. Dingin pagi tertahan oleh jaket pemberian ibu dan panasnya tubuh ayahku. Aku memeluknya dengan erat. Ayah tak pernah berkata-kata tapi dialah yang paling peduli dengan kami. Dalam diam dia menyayangi kami. Pembawaanya yang tenang membuat rasa damai bila berada di dekatnya.
Peluit kapal berbunyi ketika kami sampai di pelabuhan, tanda kapal akan segera berangkat. Setelah mencium tangan ayah dan mengucapkan salam aku berlari memasuki kapal. Aku menaiki tangga menuju deck atas kapal. Dari atas kulihat ayah masih berdiri di dermaga dan melambaikan tangannya. Kapal mulai berjalan meninggalkan pelabuhan. Para pengantar penumpang mulai meninggalkan dermaga untuk pulang. Namun kulihat ayahku masih berdiri tegak sampai hilang dari pandanganku.
Sinar matahari pagi memancar, dari deck atas kapal kulihat kapal membelah lautan. Pagi terindah dalam hidupku. Hari ini aku memulai perjalanan untuk mengejar cita-citaku. Aku berencana kuliah di kota di pulau lain, karena di kota kecil kami belum ada universitas. Dengan penuh harap dan doa aku mengejar cita-cita. Hari ini aku mulai mengarungi hidupku.
Cerpen
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar