Senja di Usia Senja

Matahari mulai condong di ufuk barat. Bersinar cerah, langit biru bersih tanpa awan. Suara gelombang terdengar pelan. Diiringi angin laut yang berhembus perlahan. Aku berjalan menyandang tas perlengkapan bayi dan memegang botol susu di tanganku. Mengiringi suamiku yang bersusah payah mendorong kereta bayi di pantai berpasir putih. Diatas kereta itu terlihat senyum sumringah cucuku. Sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. Terlihat kepuasan di wajahnya, merasakan luasnya dunia. Setelah seharian bermain di rumah yang sempit.

Di sebuah kursi panjang yang kosong, kami duduk berhenti sejenak. Memperhatikan perahu nelayan beriringan datang dari laut. Mereka disongsong keluarganya dengan gembira, karena telah pulang dengan selamat. Tadi siang badai sempat melanda, membuat keluarga nelayan sempat gelisah. Para tengkulak mulai berdatangan, dengan sepeda motor yang di pasang keranjang.

Matahari mulai turun di atas laut, kamipun berjalan menuju surau di pinggir pantai. Berjalan mengiringi orang-orang yang berkain dan memakai kopiah. Kulihat perlahan-lahan matahari mulai tenggelam di laut. Sinar kuning yang dipantulkan air laut seperti emas. Hatiku bergetar, alangkah indahnya senja ini. Aku bersyukur dapat menikmati di usiaku yang juga senja. Lampu-lampu jalan mulai di nyalakan. Terdengar azan di suarakan. Kami memasuki surau dengan rasa penuh kebahagiaan. Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan menikmati senja di usia senja.

Pentigraf