Santi Nurmalahayati

Guru Bimbingan Konseling di SMAN 15 Surabaya. Penulis buku berjudul Guru (Harus) Ke Luar Negeri! dan Jejak Emas di Olimpiade Guru Nasional. Pernah terpilih seba...

Selengkapnya
Navigasi Web
DIGITAL TECHNOPRENEUR : TANTANGAN DAN PELUANG
Digital Technopreneur Conferences, rangkaian kegiatan Grand Launching Binus @ Malang

DIGITAL TECHNOPRENEUR : TANTANGAN DAN PELUANG

Nadiem Makarim baru saja dilantik sebagai Mendikbud, ketika saya menghadiri digital technopreneur conferences yang diadakan oleh universitas Binus @ Malang, dalam rangka grand launching kampusnya tanggal 24 Oktober 2019 kemarin. Menghadiri acara ini merupakan keputusan yang tepat sekali, setidaknya membantu saya memahami dunia yang digeluti oleh Mendikbud baru yang akan menaungi pendidikan Indonesia.

Konferensi ini mengundang pembicara-pembicara yang keren. Mereka adalah pelaku digital technopreneur dari bidang perbankan, media, e-commerce, dan unicorn/decacorn Indonesia, juga para entrepreneur lulusan Binus dari berbagai bidang bisnis. Selama kurang lebih 6 jam, saya dan ratusan audiens termasuk 25 siswa Libels dijejali inspirasi dari kisah-kisah sukses mereka mengarungi perubahan di era digital ini. Saking kerennya, saya tak sudi beranjak dari kursi hingga acara berakhir.

Dibuka dengan Duardi Prihandiko dari BCA, yang menyampaikan tantangan2 dunia perbankan di era digital, dan bagaimana BCA bertahan menghadapi disrupsi dan melayani konsumen yang semakin banyak maunya. Dibikin simpel aja, katanya. Meskipun transaksi perbankan di kantor cabang jauh merosot, tapi bisnis perbankan masih bisa mengambil keuntungan dari transaksi e-wallet dan top up e-money. Para pelaku bisnis sekarang gak lagi neko-neko memikirkan masa depan jangka panjang, karena perubahan bergerak begitu cepat. Yang terpenting, perusahaan dan SDM selalu bertumbuh, untuk siap menghadapi aneka tantangan.

Sesi dilanjutkan dengan dua anak muda alumni Binus yang berperan sebagai product engineer & product manager di Gojek. Dengan gaya khas, mereka berbagi kisah & values perusahaan hingga menjadi salah satu decacorn, perusahaan start up bervaluasi senilai USD 10 miliar. Dan yang terpenting adalah bagaimana Gojek telah menjadi perusahaan yang "impacting nation", dengan inovasi digital sebagai solusi dari ketimpangan sosial. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, gojek telah berevolusi menjadi perusahaan yang memiliki beragam lini bisnis, mulai transportasi, logistik, pembayaran, makanan, hingga hiburan. Dengan fokus utama pada sektor informal yang menggerakkan 55% roda perekonomian nasional, Gojek terus berinovasi hingga kini telah beroperasi di 200 kota di Indonesia, dan juga berekspansi ke Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Begitu pula Grab, yang diwakili oleh Igel Zibriel, menegaskan bahwa Indonesia adalah pilar kekuatan digital Asia Tenggara. Peluang mengglobal masih terbuka luas, apalagi dengan dukungan kebijakan nasional dan investasi besar-besaran.

Tokopedia lain lagi ceritanya. Perusahaan e-commerce ini belum berencana menggarap pasar luar negeri, mengingat potensi pasar Indonesia begitu luar biasa dan masih belum terjamah. Baru 5% dari 65% penduduk pengguna internet di Indonesia yang memanfaatkan e-commerce. Jadi, pasar lokalnya juga masih terbuka luas, apalagi pada industri garmen. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, industri busana muslim, mukena, sajadah, jilbab, dan perlengkapan khas muslim lainnya masih berpeluang merajai pasar dunia, ujar Felix Yuwono, Lead Product Manager Tokopedia.

Dalam 10 tahun perjalanannya, Tokopedia telah melaju sebagai salah satu unicorn Indonesia, dengan dukungan dana dari grup Alibaba dan Softbank. Perusahaan yang memiliki misi "mendemokrasikan perdagangan melalui teknologi" ini terus mengembangkan budaya growth mindset, fokus kepada konsumen, dan membuat perubahan sosial dengan meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia.

Sesi yang tak kalah menarik juga disajikan setelah makan siang. Andy Budiman, CEO Kompas Gramedia Media berhasil menjawab keingintahuan saya tentang tantangan disrupsi pada lini bisnis media. Media cetak, radio, dan televisi mengalami penurunan pembaca/pemirsa secara signifikan, dan digantikan oleh media online dan sosial media. Lantas, bagaimana perusahaan media bertahan? Setiap ada tantangan, pasti ada peluang dihadapan. Potensi pasar yang menjanjikan dari industri media saat ini adalah dari pendapatan iklan. Untuk mendapatkan iklan, media digital harus mampu mendapatkan pembaca halaman dalam jumlah besar. KG Media yang telah berpengalaman puluhan tahun, telah tersertifikasi fact-checking, sebagai media yang dapat dipercaya untuk mengantisipasi hoaks. Jadi, divisi berita masih menjadi keunggulan KG Media. Kembali ke pendapatan iklan digital, teknologi dalam periklanan menjadi isu yang sangat krusial saat ini. Media-media digital di Indonesia belum memiliki teknologi berbasis kecerdasan buatan yang mampu menyebarkan iklan sesuai kebutuhan pemirsanya. Untuk itu, media-media digital di Indonesia masih memanfaatkan perusahaan-perusahaan media digital dunia seperti Google, Facebook, dan Youtube sebagai perantara, karena memiliki mesin kecerdasan buatan yang mampu memenuhi kebutuhan pengiklan.

Mengingat pasar iklan di media digital Indonesia masih bernilai belasan triliun rupiah setiap tahunnya, maka kebutuhan teknologi periklanan menjadi sangat mendesak. Untuk itulah, Andy Budiman menantang mahasiswa maupun ahli-ahli IT Indonesia yang mampu menciptakan mesin-mesin teknologi periklanan yang dapat digunakan oleh industri media digital di Indonesia, sehingga ketergantungan terhadap perusahaan perantara dapat dihilangkan. Berani menerima tantangan ini? Silakan kirim proposal anda kepada [email protected].

Di sesi terakhir, 10 entrepeneur muda berbagi kisahnya memulai ragam bisnis. Semuanya alumni Binus, dan mengembangkan usaha berbasis digital. Ada yang bergerak di bidang makanan (Oh My Gethuk) , fashion (MensRepublic), arsitektur, pendidikan bahasa (bahaso.com), pengembang konten augmented reality, software, hingga smart home. Usianya beragam, mulai awal 20an hingga jelang 50-an. Mereka semua berbagi cerita tentang jatuh bangunnya membesarkan usaha. Tak ada jalan yang instan, tak semuanya melalui jalan mulus, namun semuanya tak pernah menyerah. Pendidikan dan ekosistemnya telah membentuk mereka menjadi entrepreneur-entrepreneur tangguh.

Setelah belasan digital technopreneur ini berbagi inspirasi kepada ratusan peserta yang hadir, Bapak Boto Simatupang, Rektor Universitas Binus @ Malang memberikan pernyataan terakhir. Di era digital, tak ada yang pasti. Semua bergerak begitu cepatnya. Hanya satu yang pasti, yakni perubahan itu sendiri.

Saya bersyukur bisa bergabung dalam acara keren ini. Lebih bersyukur lagi karena mengajak 25 siswa-siswi, generasi muda yang membutuhkan figur-figur yang dapat menginspirasi. Bagi saya, bertemu orang-orang keren ini tak hanya menginspirasi, namun juga menyentak kesadaran saya sebagai guru. Bahwa tantangan yang dihadapi murid-murid kita sudah begitu berbeda. Mereka memiliki peluang besar untuk menggerakkan perekonomian Indonesia, dengan mencetak unicorn-decacorn selanjutnya. Lantas, sebagai guru, mosok mau begitu-begitu saja?

Sukses untuk Binus @ Malang, semoga terlahir lebih banyak technopreneur Indonesia dari kampus berkualitas di Jawa Timur.

Surabaya, 3 November 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren barakallah

03 Nov
Balas

Keren barakallah

03 Nov
Balas



search

New Post