Santi Nurmalahayati

Guru Bimbingan Konseling di SMAN 15 Surabaya. Penulis buku berjudul Guru (Harus) Ke Luar Negeri! dan Jejak Emas di Olimpiade Guru Nasional. Pernah terpilih seba...

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU BK BELAJAR, RUANG MERDEKA BAGI SANG PEMBELAJAR

GURU BK BELAJAR, RUANG MERDEKA BAGI SANG PEMBELAJAR

Sejatinya, seorang guru adalah pembelajar. Kata-kata dari mantan Mendikbud Anies Baswedan ketika menelurkan kebijakan Guru Pembelajar di tahun 2016 begitu terpatri dalam benak saya. Kesempatan menjadi mentor Guru Pembelajar moda daring kombinasi pada tahun yang sama membuka kesempatan untuk menularkan semangat belajar bagi kolega-kolega guru BK. Pada saat itu, bukan hal mudah mengemban tugas menjadi mentor moda daring. Apalagi, 40 guru peserta kegiatan sangatlah beragam. Baik usia maupun kecakapan literasi teknologi informasinya. Beberapa diantaranya menjelang usia pensiun. Tak sedikit pula yang berasal dari sekolah swasta dan tidak memiliki tuntutan pengembangan diri seperti ASN. Maka, semangat belajar lah yang menggerakkan dan mengantarkan saya membersamai rekan-rekan guru BK selama 2,5 bulan. Hingga akhirnya, pelatihan menggunakan Learning Management System yang difasilitasi oleh PPPPTK Penjas BK itu berhasil dituntaskan.

Pengalaman ini menjadi kesempatan belajar yang luar biasa. Bagaimana mungkin seorang guru BK kemarin sore tampil di depan dan mengajarkan senior-senior yang sudah jauh lebih berpengalaman? Bagaimana mungkin memfasilitasi guru-guru menuntaskan berbagai tugas secara daring ketika mengoperasikan komputer saja belum terbiasa dilakukan? Bagaimana menjaga 40 peserta tetap terlibat dalam pembelajaran selama 2,5 bulan di tengah aktivitas guru yang seakan tak pernah berkesudahan? Bagaimana membuat rekan-rekan peserta menuntaskan ujian tanpa iming-iming penghargaan? Bagi saya, menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah proses belajar yang sesungguhnya. Dalam proses itu, pada akhirnya saya menemukan kunci jawabannya. Ternyata, hanya 3 hal yang dibutuhkan untuk memantik guru-guru belajar. Yakni empati, kerendahan hati, dan kolaborasi. Sesulit apapun materi bisa dipelajari. Namun empati dan kerendahan hatilah yang akan membuka ruang-ruang berkolaborasi, yang membuat setiap tahapan belajar dapat dinikmati.

Kesempatan ini kemudian menjadi bibit lahirnya kepercayaan diri. Ketika menemukan bahwa tak ada hal yang tak dapat ditaklukkan selama kita mau belajar. Cara berpikir inilah yang kemudian membuka ruang-ruang belajar menjadi lebih luas. PPPPTK Penjas BK dan MGBK SMA Kota Surabaya menjadi scaffolding. Yang menyediakan tangga-tangga untuk kemudian memungkinkan saya menempa diri dan melompat lebih tinggi. Kegiatan pengembangan diri menjadi ruang berekspresi. Raihan prestasi cukup menjadi pembuktian diri. Pada titik ini, cakrawala pengetahuan tak lagi cukup untuk dinikmati sendiri. Berbagi dan berkolaborasi, yang kemudian menjadikan proses belajar kian berenergi. Belajar tak lagi untuk sekedar mengisi bejana, namun juga untuk menyalakan api inspirasi.

Ingin sekali membagikan cara berpikir seperti ini. Mengajak lebih banyak guru untuk menyelami perannya. Bahwa pengembangan diri sejatinya tidak untuk ditelan sendiri. Apalagi hanya untuk membuat panggung berdiri. Murid-murid kita terus bergerak. Teknologi terus berkembang. Perubahan zaman bukan untuk dikeluhkan. Merdeka Belajar telah dicanangkan. Maka guru-guru pun harus siap berlari kencang.

Mereka yang enggan bergerak, bukan karena tak mampu. Bisa jadi, karena terlalu lama, terlalu aman, dan terlalu nyaman dalam buaian. Kemudahan akses di perkotaan tak dianggap sebagai kemewahan. Karena begitu murah didapatkan. Ilmu pengetahuan tak lagi menggiurkan. Nilai sebuah kegiatan bergantung pada fasilitas yang disediakan. Juga penghargaan apa yang bisa didapatkan. Adakah guru yang seperti ini? Jangan dihitung. Takkan cukup jari anda mengukurnya. Sebuah undangan gratis di hotel berbintang dengan narasumber mentereng belum tentu menghadirkan ilmu bagi yang datang. Terutama bagi yang enggan membayarnya dengan kesungguhan.

Tapi jangan pesimis dulu. Jari anda juga takkan cukup untuk menghitung guru-guru yang tetap teguh dalam pencarian ilmunya. Ketika bergerak lebih jauh, mata saya kian terbuka lebar. Bahwa tak sedikit guru BK yang mau mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya untuk mengepakkan sayap-sayap keilmuan. Karena sejatinya, tak ada ilmu yang gratis. Meski tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun, ilmu tetap membutuhkan pengorbanan. Karena dibutuhkan perjuangan untuk memaknainya.

Ketika berkesempatan menjelajah lebih luas, saya menemukan bahwa perjuangan guru-guru BK untuk menimba ilmu begitu mengesankan. Ketika diundang di kegiatan MGBK Kabupaten Kediri, saya terkejut ketika mengetahui bahwa rekan-rekan guru BK hadir dari berbagai penjuru. Mereka rela menempuh jarak hingga 30 km sekali jalan. Untuk kegiatan 2 hari, 120 km perjalanan bersepeda motor ditempuh untuk menimba ilmu. Begitupula ketika menghadiri kegiatan di Kabupaten Lamongan. Rekan-rekan dari pesisir utara menyempatkan hadir meskipun harus menempuh jarak 50 km menuju lokasi kegiatan. Mbak Evi, seorang kawan dari Tuban bahkan rela melintasi kabupaten untuk belajar bersama.

Ternyata itu belum seberapa. Kesempatan yang tak kalah berharga adalah ketika menghadiri undangan MGBK provinsi Bangka Belitung. Mereka tak segan menanggung biaya perjalanan Surabaya-Pangkalpinang yang harus melalui 2 rute penerbangan. Yang tak kalah mengharukan adalah, menyaksikan antusiasme rekan-rekan guru BK dari seluruh penjuru provinsi untuk hadir dan belajar bersama. Separuh populasi guru BK di provinsi Babel turut berpartisipasi. Mereka rela merogoh kocek sendiri. Bukan hanya untuk aktivitas belajar yang dihadiri. Tapi juga akomodasi dan transportasi. Jarak puluhan hingga ratusan kilometer bukan lagi melalui darat. Tapi juga menyeberangi lautan. Saya tak menyangka, tak sedikit rekan-rekan dari Belitung hadir di Pangkalpinang. Empat puluh menit penerbangan dan biaya penginapan juga harus dipersiapkan. Untuk belajar bersama selama 2 hari. Ah, sebuah kesadaran menyentak dalam diri. Bahwa diluar sana, masih banyak guru-guru yang haus akan ilmu. Ruang-ruang mengasah diri masih begitu dirindukan. Hati saya tergetar. Semangat belajar itu menular. Energi itu menguar.

Begitu pandemic Covid-19 melanda negeri ini, entah kenapa benak saya mengembara pada guru-guru pejuang ilmu. Saya yakin, di pelosok manapun di negeri ini, guru-guru pemburu ilmu bertebaran. Namun tak semuanya memiliki akses dan kemudahan. Dari sinilah, lahir sebuah dorongan untuk bergerak dan menggerakkan. Seperti yang pernah saya pelajari, kuncinya hanya 3: empati, kerendahan hati, dan kolaborasi. Empati melahirkan kepedulian. Bisa jadi rekan-rekan guru BK masih banyak yang kebingungan. Bagaimana memberikan layanan dalam situasi seperti ini. Kerendahan hati melahirkan pencarian. Bahwa ruang-ruang ilmu bisa jadi hadir melalui perantara orang lain. Dan pada akhirnya, kolaborasilah yang membuat sesuatu yang tak terbayangkan menjadi kenyataan. Sebuah gerakan, Guru BK Belajar, lahir dari semangat dan kepedulian yang sama.

Jumat, 27 Maret 2020, Guru BK Belajar memulai aksi pertamanya. Kolaborasi tiga orang guru BK mendobrak keterbatasan. Memanfaatkan platform Webex Meeting, pertemuan dalam jaringan pun terealisasi. Sebuah diskusi bertajuk “Working from Heart, Learning from Heart” disajikan dengan sangat menarik oleh Nurjanni Astiyanti dari SMKN 1 Soreang Bandung, dipandu oleh moderator Lidya Ardiyan dari SMPN 3 Lubuk Pakam Deli Serdang, dengan host Nurmalahayati dari SMAN 15 Surabaya. Hingga hari ini, tepat satu bulan gerakan ini berjalan. Tujuh sesi telah dilaksanakan. Ratusan guru BK dari penjuru nusantara telah berjalan bergandengan. Pesan-pesan telah tersampaikan.

Covid-19 telah menyentak kesadaran. Bahwa kolaborasi guru BK lintas jenjang, lintas wilayah, lintas generasi sangat mungkin dilakukan. Teknologi membantu mengumpulkan guru-guru BK hebat yang bertebaran. Saling mengisi ruang-ruang yang dibutuhkan. Tanpa tembok dan sekat penghalang. Hanya semangat yang mempersatukan. Terimakasih untuk PPPPTK Penjas BK yang telah menyemai benih-benih jejaring dan menyiraminya dengan wawasan keilmuan. Terimakasih untuk guru-guru BK hebat yang telah memilih untuk bergabung dan bergerak bersama. Untuk menyebarkan semangat berdaya, berkarya, dan bermakna.

Surabaya, 29 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren banget... sappo!

30 May
Balas

Cakep banget san... Keep on fighting!

30 Apr
Balas

Woowww.... Keren bu santi... My inspirator

30 Apr
Balas



search

New Post