Santi Nurmalahayati

Guru Bimbingan Konseling di SMAN 15 Surabaya. Penulis buku berjudul Guru (Harus) Ke Luar Negeri! dan Jejak Emas di Olimpiade Guru Nasional. Pernah terpilih seba...

Selengkapnya
Navigasi Web
MODAL NEKAD IKUT IELTS (2)

MODAL NEKAD IKUT IELTS (2)

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Memang ditunggu-tunggu, karena satu-satunya cara mengatasi kecemasan dan ketakutan ya hanya dengan menghadapinya. Berbagai acara yang bersamaan dengan pelaksanaan tes terpaksa saya pamiti. Beberapa hari sebelumnya, saya juga sudah tak berselera mengerjakan hal-hal yang bukan kewajiban utama. Seluruh energi dan pikiran tercurah pada jadwal tes ini. Saya berusaha menjaga tubuh tetap sehat, agar tidak mengganggu performa. Meskipun akhirnya flu hadir tanpa diundang 2 hari menjelang tes.

Saya mendaftar tes di IALF Surabaya, karena IDP Surabaya tidak menyediakan. IDP hanya melayani pelaksanaan tes di Malang. Daripada jauh-jauh, mending di IALF saja. Karena hanya 10 menit dari rumah, saya mendaftar dan membayar langsung, gak pakai daftar online. Proses mendaftarnya mudah banget kok. Ada staf khusus yang melayani pendaftaran di komputer yang sudah disediakan. Saya hanya perlu menyiapkan KTP atau paspor saja, dan mengisi data diri. Setelah itu, langsung bayar di kasir. Biayanya Rp. 2.900.000, hampir sama dengan TOEFL IBT. Setelah pembayaran, saya mendapatkan panduan pelaksanaan tes. Panduannya dalam Bahasa Inggris, segera saya baca biar gak lupa. Intinya, kita hanya boleh bawa kartu identitas yang dipakai saat mendaftar dan air minum dalam botol bening ke ruang tes. Tidak perlu membawa alat tulis, karena sudah disediakan pensil dan penghapus untuk pelaksanaan tes. Terus, kita harus hadir 1 jam sebelum pelaksanaan tes dimulai. Kalau terlambat, gak boleh ikut tes. Sayang banget kan duit segitu melayang.. Saya mendaftar kurang lebih sebulan sebelum pelaksanaan tes. Kalau tes TOEFL ITP di Universitas Airlangga, kuotanya cepat sekali habis. Makanya saya memilih untuk mendaftar jauh-jauh hari.

Saya sudah hadir di lokasi tes sekitar 2 jam sebelumnya. Setelah ngantar si sulung ke sekolah, langsung deh melipir ke lokasi. Daripada terlambat, mending nunggu disana. Sudah ada beberapa peserta tes yang hadir sebelum saya. Sambil menunggu, saya mengisi waktu dengan membuka beberapa catatan di ponsel tentang struktur writing dan beberapa vocabulary dan grammar. Saya sengaja tidak membawa aneka catatan dan materi pelajaran, karena memang sudah bukan waktunya belajar lagi. Satu jam sebelum tes, waktunya untuk menenangkan pikiran, membangun motivasi, mengisi diri dengan aura positif. Saya sadar betul dengan berbagai kekurangan saya, tapi saya tidak boleh gagal fokus.

Bosan melihat ponsel, saya mengamati sekitar. Sejumlah remaja usia SMA masih didampingi orangtuanya. Segerombolan orang seusia mahasiswa terlihat saling mengenal. Salah satunya saya kenali sebagai murid saya yang lulus sekitar 5 tahun lalu. Tak sedikit professional muda yang juga memenuhi ruangan. Ternyata saya tidak terlihat paling tua di ruangan ini. Saya sempat mengajak ngobrol peserta disamping saya. Seorang dosen Bahasa Inggris di sebuah perguruan tinggi negeri di Banjarmasin yang berencana melanjutkan pendidikan jenjang S3 di Eropa. Dari Banjarmasin, tempat pelaksanaan tes terdekat memang di Surabaya. Jadi, selain membayar biaya tes, ia juga harus membayar biaya pesawat pulang pergi dan akomodasi selama di Surabaya. Bersyukur sekali saya, hanya perlu mengendarai motor kurang dari 10 menit dari rumah untuk menuju tempat tes ini.

Tes akan dimulai pada pukul 09.00. Sejak pukul 08.00, peserta diminta menitipkan barang yang tidak boleh dibawa, kemudian naik ke lantai 2 untuk melakukan scan jari dan foto, kemudian dilanjutkan registrasi. Setelah registrasi, peserta diberikan nomor tes dan diarahkan ke kursi yang telah diatur sesuai nomor urut. Tes tanggal 25 Agustus 2018 ini diikuti oleh 80 peserta, termasuk yang terbanyak dibandingkan jadwal lainnya. Mungkin karena bersamaan dengan pembukaan pendaftaran berbagai kampus dan beasiswa ke luar negeri. Peserta dibagi dalam 3 ruangan. Saya berada di ruang auditorium yang berisi 50-60 orang, dengan 2 buah layar di kanan kiri. Ada 5 orang staf yang memfasilitasi pelaksanaan tes. Satu orang memberikan instruksi dan penjelasan, juga aba-aba pelaksanaan tes. Staf lainnya bertugas membagikan alat tulis, berkas, dan mengawasi pelaksanaan tes di setiap baris. Meskipun berpembawaan santai, para staf ini tegas dan efisien.

Tes dimulai dengan listening. Saya berusaha fokus mendengarkan. Soal-soal awal masih bisa saya kerjakan dengan lancar. Tema yang dibahas masih umum. Semakin lama, tema yang dibahas semakin sulit. Dua bagian tentang jenis-jenis lumba-lumba dan alat pertahanan bawah laut hampir tidak bisa saya pahami. Ya, mau bagaimana lagi? Rekamannya kan tidak bisa diulang. Soal yang tidak terjawab terpaksa saya “tembak” saja. Siapa tahu keberuntungan berpihak pada saya. Sebenarnya, audionya sangat jelas. Sayanya saja yang tidak mudah “menangkap” percakapan dalam Bahasa Inggris dengan logat Australia yang diucapkan dengan cepat. Percakapannya juga panjang-panjang. Tidak mudah menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah saya baca sebelumnya. Mungkin juga karena saya kurang banyak berlatih listening. Setelah rekaman selesai diperdengarkan, peserta mendapat kesempatan untuk menyalin jawaban dari lembar soal ke lembar jawaban yang telah disediakan. Beberapa jawaban kosong saya kira-kira saja jawabannya. Dalam hal ini, saya lebih senang IELTS daripada TOEFL, yang tidak diperkenankan mencoret-coret lembar soal. Untuk listening, disediakan waktu 40 menit untuk mengerjakan 40 soal, termasuk untuk menyalin jawaban.

Meskipun tidak terlalu puas dengan listening, saya segera move-on ke reading. Ini adalah bagian andalan saya, karena tipenya hampir sama dengan TOEFL. Perbedaannya hanya pada variasi bentuk soal. Ada soal pilihan ganda, isian maksimal 1 kata dan 2 kata, dan menjodohkan. Awalnya, saat mulai les, saya merasa soal reading IELTS sulit sekali dan saya menunda cukup lama untuk mengatasinya. Pada akhirnya, saya cukup banyak berlatih untuk reading. Dan, rasanya nyaman sekali mengerjakan soal-soalnya. Ada 40 soal dengan waktu 60 menit. Semua soal memiliki bobot yang sama. Saya cukup percaya diri dengan jawaban-jawaban saya. Mudah-mudahan 90% jawaban saya benar, supaya bisa meraih skor maksimal di bagian ini untuk menutupi kekurangan pada bagian listening.

Tes yang ketiga menguji skill menulis. Ada 2 tugas yang harus saya selesaikan. Yang pertama, mendeskripsikan sebuah diagram dalam essay 150 kata dan menulis opini sebanyak 250 kata. Waktu keseluruhan 60 menit, yang terbagi 20 menit untuk tugas 1, dan 40 menit untuk tugas 2. Ada beragam variasi bagan yang sudah saya palajari, termasuk diagram batang dengan banyak variabel yang diberikan Mbak Aya sebagai PR terakhir. Untungnya, saat tes, bagannya tidak terlalu rumit. Namun, saat 20 menit berlalu, saya belum menyelesaikan tugas 1. Saat writing ini, saya banyak menghapus, menulis, menghapus lagi, menulis lagi hingga waktu banyak terbuang. Sisa tugas 1 dan tugas 2 saya kerjakan dengan terburu-buru. Pertanyaan tugas menulis 2 sebenarnya "gue banget", yaitu opini tentang apakah saya setuju atau tidak jika guru dianggap sebagai orang yang paling menentukan perkembangan intelektual dan sosial ketika anak sudah memasuki usia sekolah. Sebagai guru, saya tidak kesulitan dengan tema ini. Tapi, merangkai katanya yang ribet. Saya mempertimbangkan variasi kata, namun tidak banyak berpikir tentang grammar. Tugas 1 saya jauh lebih banyak dari 150 kata, namun tugas 2 sepertinya kurang dari 250 kata. Yah, tiba-tiba waktu habis. Saya sudah berupaya memenuhi struktur penulisan untuk skor minimal 6, namun saya kurang percaya diri dengan pemilihan kata, koherensi, dan (lagi-lagi) grammar.

Setelah writing, dilanjutkan dengan tes berbicara (speaking). Ada sekitar 8 orang penguji untuk seluruh peserta. Tesnya individual, dan jadwalnya sudah dikirimkan melalui email beberapa hari sebelumnya. Kabar baiknya, saya dapat giliran kedua, jam 12.50. Dengan demikian, saya tidak perlu menunggu terlalu lama. Hanya saja, saya tidak punya banyak kesempatan untuk mempersiapkan diri lagi. Waktu menunggu sekitar 20 menit saya gunakan untuk membalas beberapa pesan, setelah berjam-jam ponsel saya dititipkan. Saya berusaha menenangkan diri, supaya tidak panik. Sebelum mulai tes, saya kembali diminta scan jari lagi, untuk memastikan bahwa saya tidak menggunakan joki kali ya.. Examiner speaking tes saya adalah seorang native Australian speaker. Mr.Douglas namanya. Orangnya ramah, meskipun tidak banyak tersenyum. Tahapan speaking test nya sama seperti yang sudah saya pelajari. Bagian pertama wawancara tentang diri saya, kedua pendapat saya tentang soal yang diberikan selama 90 detik, dan terakhir tanya jawab dengan tema tertentu. Pertanyaannya sederhana saja. Gak aneh-aneh kok. Temanya tentang pekerjaan, aktivitas fisik, dan negara yang ingin saya kunjungi. Tidak sesulit sesi wawancara Bahasa Inggris saat seleksi teacher exchange dulu. Yang ribet itu jawabnya. Hehehe.. Saya kesulitan menyampaikan maksud saya dalam bahasa Inggris yang baik dan benar. Saya merasa jawaban saya “berantakan” banget. Saya banyak mengulang kata-kata yang sederhana, dan tidak mengeluarkan kata-kata “high level” yang dapat meningkatkan skor. Penggunaan grammar juga tidak terlalu saya perhatikan saat berbicara. Sebenarnya, saya sudah berusaha se-natural mungkin dan menggunakan pronounciation serapi mungkin. Tapi, jujur saja, ketika keluar dari ruang tes, saya banyak menyesali jawaban saya. Kenapa tadi jawab ini? Kenapa gak jawab ini saja? Tadi benar gak ya..? sepertinya saya banyak mengulangi kesalahan yang sudah sering diingatkan oleh Mbak Aya. Be careful with your pronounciation & grammar.. ☹

Akhirnya, seluruh tahapan tes sudah saya lalui. Satu setengah bulan yang dipenuhi dengan belajar hal baru, berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuan mengingat dan menalar, merasa tak bisa apa-apa, memaksa diri saya untuk menyisihkan ego sebagai guru. Sebagai guru, biasanya seringkali merasa paling benar. Sementara, saat belajar hal baru, rasanya saya tidak pernah benar. Makanya, saya meyakini bahwa salah satu adab belajar, yakni kerendahan hati, adalah benar adanya. Ilmu tidak akan hadir pada jiwa yang sombong. Gitu katanya. Kata Imam Syafi'i kalo gak salah. Belajar hal baru benar-benar memberikan pelajaran yang bermakna di usia ini. Saat belajar IELTS, seringkali terbersit penyesalan dalam diri, mengapa tidak sungguh-sungguh belajar bahasa Inggris waktu masih jadi anak sekolahan dulu. Kalau saya mau melebihkan usaha saya saat remaja dulu, mungkin segalanya akan lebih mudah saat ini. Tapi, belajar adalah proses seumur hidup. Apalagi kalau berani menyebut diri sebagai guru. Takkan mungkin saya sanggup menyarankan murid--murid saya untuk belajar kalau saya berhenti belajar.

Saya tidak yakin hasil IELTS pertama ini akan memenuhi target, tapi saya masih berharap dewi fortuna berpihak pada saya. Siapa tahu, hasil reading saya sangat bagus. Siapa tahu, spekulasi saya saat listening banyak benarnya. Siapa tahu, penilai writing dan speaking saya sedang berbaik hati memberi skor yang pantas. Sambil mempersiapkan mental dan langkah-langkah yang harus saya lalui selanjutnya, bagaimanapun hasilnya nanti. Wish me luck ya..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Good luck!

29 Aug
Balas

Good luck Cing!

29 Aug
Balas

Masya Allah... semoga sukses mbak. Amiin ya rabbal alamiin

29 Aug
Balas

I hope luck with you. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...bu guru.

29 Aug
Balas

Terimakasih doanya Ibu Raihana Rasyid..

30 Aug

Semoga sukses jeeng..

29 Aug
Balas

Jadi ikutan baper ga sabar nunggu skornya, Bu...

30 Aug
Balas

Hehe..sabar ya Bu, masih minggu depan keluarnya..

30 Aug



search

New Post