Santi Nurmalahayati

Guru Bimbingan Konseling di SMAN 15 Surabaya. Penulis buku berjudul Guru (Harus) Ke Luar Negeri! dan Jejak Emas di Olimpiade Guru Nasional. Pernah terpilih seba...

Selengkapnya
Navigasi Web
MODAL NEKAD IKUT IELTS (3)

MODAL NEKAD IKUT IELTS (3)

Setelah 2 tulisan sebelumnya http://santinurmalahayati.gurusiana.id/article/modal-nekad-ikut-ielts-1-1696578 dan http://santinurmalahayati.gurusiana.id/article/modal-nekad-ikut-ielts-2-2301255 menceritakan persiapan dan proses mengikuti tes IELTS, belum lengkap rasanya kalau saya tidak menuliskan hasilnya. Dalam ketentuannya, hasil IELTS dapat dilihat 13 hari kerja setelah pelaksanaan tes. Karena saya melaksanakan tes pada tanggal 25 Agustus, maka hasilnya sudah dapat dilihat pada tanggal 7 September 2018. Selama menanti, saya sungguh tak sabar menunggu tanggal 7. Namun saat tiba harinya, ternyata saya malah tidak sempat mengambilnya. Tanpa diduga, pada hari itu, motor saya mogok, sehingga saya harus menggunakan ojek online. Meskipun saya melewati kantor IALF dalam perjalanan menuju rapat MGBK di SMAN 5, namun saya tidak sempat mampir karena sudah sangat terlambat untuk menghadiri rapat.

Sebenarnya, hasil IELTS bisa segera saya cek secara online pada link http://result.ieltsessentials.com . Namun entah mengapa, saya tak berhasil mengaksesnya hingga hari ini. Menurut staf IALF, bisa jadi saat mendaftar saya menggunakan tanda baca atau spasi. Sehingga, saat saya menuliskan data, tidak sesuai dengan database. Sangat mungkin terjadi sih, karena data yang harus dimasukkan adalah nama depan dan nama keluarga. Berhubung nama saya hanya terdiri dari satu suku kata, saya tidak ingat apa yang saya isikan pada nama keluarga. Selain nama, kita juga harus memasukkan nomor identitas yang digunakan saat mendaftar (KTP atau paspor), tanggal lahir, dan tanggal pelaksanaan tes. Wallahua’lam deh salahnya dimana.

Karena saya tidak sempat mengambilnya pada hari Jumat, terpaksa saya harus menunggu hingga hari Senin sambil berusaha mengecek via link online. Mengingat penutupan pendaftaran beasiswa hanya tinggal menghitung hari, saya harus segera mengetahui hasil tes ini. Jika hasilnya sampai 6.5, maka saya harus melakukan banyak hal untuk melengkapi persyaratan beasiswa lainnya. Buanyak sekali. Rasanya sudah pusing duluan karena saya harus menghadapi beberapa tingkatan birokrasi. Jika hasilnya kurang dari itu, maka saya harus mempersiapkan diri untuk rencana-rencana cadangan. Saya harus mengikhlaskan kesempatan tahun ini, dan berusaha lagi mempersiapkan diri untuk kesempatan melamar beasiswa tahun depan.

Pada hari Senin, rasanya ingin segera ke IALF untuk mengambil hasil tes. Apalagi jaraknya relatif dekat dari rumah dibandingkan dari sekolah. Namun, IALF baru buka pada pukul 08.00 WIB, sementara saya harus hadir di sekolah pada pukul 06.30 WIB. Saya juga ada jam masuk kelas pada pukul 09.00 WIB. Kalau menunggu hingga pulang sekolah, layanan IALF keburu ditutup. Akhirnya, selepas memberikan layanan klasikal, saya segera menuju IALF yang jaraknya sekitar 8 km dari sekolah. Tidak butuh waktu lama untuk tiba disana, karena kebetulan lalu lintas relatif lancar.

Tiba di lokasi, saya segera menuju meja utama. Seorang petugas keamanan segera menyambut dan menanyakan tujuan kedatangan saya. Setelah itu, ia meminta tanda pengenal yang saya gunakan saat pendaftaran. Kemudian, ia menghubungi seseorang melalui telpon, dan tak sampai 5 menit kemudian seorang staf datang membawa selembar amplop putih berperekat. Akhirnya, hasilnya ada di tangan saya. Eng..ing..eng.. buka nggak ya..?

Saya memutuskan untuk segera membukanya di tempat. Seorang staf menggoda saya, karena membuka dengan terlalu hati-hati. Jujur saja, saya tidak terlalu percaya diri. Hasil tesnya hanya selembar kertas berukuran A4 berwarna kehijauan. Ada foto saya yang diambil pada saat pelaksanaan tes. Hasilnya bagaimana? Mau tau..? Mau tau aja atau mau tau banget..?

Saya hanya berani mengintip hasilnya. Ternyata, Overall band score saya adalah 6.0, dengan Listening 5.5, Reading 6.0, Writing 5.5, dan Speaking 6.0. Target saya sebenarnya adalah memenuhi persyaratan minimal untuk mendaftar beasiswa, yakni overall band score 6.5 dengan tidak ada satupun band di bawah 6 . Saya tidak terlalu terkejut dengan hasil ini, karena memang persiapan saya belum optimal. Dengan hasil ini, saya belum bisa memenuhi persyaratan untuk mendaftar beasiswa tahun ini.

Kecewa kah saya? Jujur saja, agak kecewa. Kecewanya karena saya merasa tidak memanfaatkan waktu dengan optimal dan tidak mengerahkan seluruh kemampuan terbaik saya selama persiapan hingga pelaksanaan tes. Mengenai hasilnya, saya selalu percaya bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Saya agak surprise karena speaking saya bisa menembus 6.0 dan listening saya bisa lebih dari 5.0. Tapi saya juga agak kecele karena reading saya ternyata belum melampaui 6.0 dan writing saya tidak sampai 6.0. Padahal, seharusnya bisa lebih baik dari itu.

Pada keterangan dibalik sertifikat hasil IELTS, dijelaskan bahwa band 6 termasuk dalam kategori Competent User, karena secara umum memiliki kemampuan bahasa yang efektif, namun masih memiliki kekurangan berupa ketidakakuratan, ketidaksesuaian, dan kesalahpahaman. Dengan kemampuan ini, saya dianggap hampir dapat memahami bahasa Inggris yang kompleks, terutama pada situasi yang familiar. Bagi saya, hasil ini tidak jelek. Kurangnya juga tidak banyak. Saya hanya perlu berusaha lebih sungguh-sungguh, dan membuat kemajuan setiap harinya.

Dengan hasil ini, saya akan mempersiapkan diri lagi untuk rencana saya mengikuti seleksi beasiswa tahun depan. Yang pasti, saya akan menyisihkan lebih banyak waktu dan lebih berdisiplin dalam belajar. Sebelum memperbaiki hasil IELTS, saya akan memperbaiki TOEFL ITP saya terlebih dahulu, agar bisa dimanfaatkan untuk mendaftar beasiswa diluar pemerintah Indonesia. Tahun ini, skor saya hanya kurang 5 poin dari persyaratan minimal pendaftaran beasiswa dari Pemerintah Australia. Persiapan dan biaya mengikuti tes TOEFL ITP juga jauh lebih murah dibandingkan IELTS. Dengan hasil TOEFL dan IELTS tahun ini, setidaknya saya tahu bagian mana yang harus saya perbaiki dan perdalam terlebih dahulu. Sambil mempelajari kembali grammar dan meningkatkan vocabulary, saya juga akan lebih banyak berlatih listening dan writing. Jika hasilnya sudah cukup baik, saya akan kembali mengikuti tes IELTS di awal tahun depan.

Semoga cerita lika-liku saya mengikuti IELTS yang diawali dengan modal nekad ini bermanfaat ya. Mengingat biaya untuk mengikuti tes ini tidak murah, alangkah baiknya menginvestasikan lebih banyak waktu, tenaga, semangat belajar, dan energi saat persiapan. Kalau anda lebih muda daripada saya dan masih memiliki kesempatan untuk belajar Bahasa Inggris, manfaatkanlah sebaik mungkin, karena Bahasa Inggris dapat mengantarkan anda mengintip jendela dunia lebih lebar. Saya jadi teringat sebuah pepatah : belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, dan belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air. Jauh lebih sulit. Yang penting, jangan pernah berhenti belajar, dan tetap semangat..!! 😊

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Good Job Mbak Santi...Semoga Terwujud semua cita2 nya..I' m proud of u

19 Sep
Balas

Terimakasih mbak Aini..

20 Sep

Salut dgn perjuangan dan semangat juang b santi. Keep practice and improve your bocabulary day by day. I do believe you can do it.

19 Sep
Balas

Terimakasih atas doa dan dukungannya ibu..

20 Sep



search

New Post