Beberapa bulan yang lalu, singgah seorang teman mengajar yang telah purna bakti sekitar sekolah kami tempat tugas saat ini. Saya mempersilahkan masuk kantor kami yang cukup sederhana setelah berjabat tangan dengan erat sambil menatap dengan penuh senyum.  Kami bernostalgia Bersama sambil menikmati secangkir kopi pahit di meja tanpa asbak rokok. Kawan saya yang telah purna bakti setelah menikmati secangkir kopi pahit melirik ke setiap sudut ruangan, ternyata ingin mengetahui kalau di ruang ini bisa merokok. Pasalnya pamphlet tentang bebas asap rokok tidak ada seperti si sekolah-sekolah yang ada. Namaun sesaat kemuadia karena, syahwat rokoknya yang sudah membuncah sehingga menahan untuk tidak merokok sudah pada titik kulminasi. Tanpa piker Panjang sahabat saya bertanya. “ Bisa saya merokok?’” tanyaknya. Sebahagi sahabat akrab saya hanya menjawab, “ kalua bapak merokok diruang ini berarti bapak yang pertama yang merokok di kantor ini”. Dengan senyumnya yang has beliau keluar mencari tempat untuk melanjutkan hobinya tersebut.

Pelajaran yang kami ambil dari cerita singkat ini, bahwa yang paling penting untuk membebaskan asap rokok adalah komitmen untuk membudayakan bebas asap rokok bukan hanya di pamplet, pengumuman tetapi komitmen kita untuk tidak membiarkan orang merokok di Kawasan bebas asap rokok. Hanya masalahnya Ketika telah ada pengumuman bebas asap rokok tetapi hanya symbol larangan untuk dilanggar. Wallahu alam