Tiga tahun yang lalu saya membeli sebuah panci presto. Karena suami dan anak-anak senang sekali makan ikan. Dan yang utama adalah kandungan gizi dan protein yang sangat tinggi pada ikan bandenglah yang membuat saya tergiur membeli panci tersebut. Dengan menggunakan uang gaji satu bulan saya mampu membeli presto itu.

Dengan semangat 45 sayapun segera membeli ikan bandeng dan mengolahnya untuk makan siang keluarga. Namun sayang. Setelah 2 jam memasak ikan bandeng masih penih dengan duri yang tajam. Jadilan suami dan anak-anak makan ikan bandeng goreng seperti biasanya. Presto itupun segera saya cuci. Lap dan memasukan kembali kedalam kardusnya. Sempatvterlintas dibenak ini untuk memberikan presto tersebut pada saudara yang lain. Tapi karna mengingat harganya sayapun jadi medit. Saya simpanlah presto itu di lemari dan masih terbungkus rapi.

Hari ini, tepatnya saat jam istirahat. Saya membeli sayuran dan ikan bersamaan dengan ibi-ibu ortu anak di TK. Ikan yang tersisa hanya bandeng. Sayapun mengurungkan niat untuk membeli ikan. Namun salah seorang ibu nyeletuk bahwa dia akan memasak bandeng presto dengan waktu lebih dari 3 jam. Akhirnya sayapun tergiur untuk memasak lauk yang sama. Sekalian mencoba ulang kemampuan presto yang telah saya musiumkan.

Sesampai dirumah saya mengolah ikan bandeng dan memasaknya. Waktu 3 jam telah berlalu. Namun tulang ikan belum juga lunak. Dengan sedikit harapan sayapun meneruskan memasak ikan bandeng presto itu. Dan waktu yang saya pilih adalah angka 5. Ya 5 jam waktu untuk memasak bandeng presto. Akhirnya bandeng presto dengan tulang lunak benar-benar bisa disantap oleh suami dan anak-anak saya.

Selamat makan dan maafkan saya yang belum bisa makan ikan afak banyak. Hanya dua cuilan kecil yang dapat saya makan. Setelah itu sayapun segera gosok gigi dan ngemut permen agar bau amis ikan segera hilang.

Masih sedikit mual, 12 02 18