Oleh: Sari Mulyani

Dalam suatu khutbah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam di atas mimbar mengucap “aamiin…” kemudian “aamiin…”, kemudian “aamiin…”

Hingga para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, … Mengapa Engkau mengucapkan aamiin… aamiin… aamiin…?”

Lalu Rasulullah menyampaikan, bahwa tadi itu, Malaikat Jibril berdoa, maka aku aamiin-kan. Pada do’a itu ada tiga hal yang dimohonkan Malaikat Jibril kepada Allah SWT, yaitu:

Pertama, celakalah seseorang yang mendengar menyebut namamu (Nabi Muhammad), tapi ia tak bersholawat karenanya. Barangsiapa yang disebut nama Muhammad Rasulullah tak mau mengucapkan sholawat, maka termasuk orang yang kikir.

Aku menjawab, “Aamiin…”

Kemudian, kedua, bila seseorang memasuki bulan Ramadhan tetapi dosanya tak diampuni. Padahal saat di Bulan Ramadhan itu, dibukakan pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka. Disamping itu, dilipatgandakan pahala-pahala. Pahala Sunah dinilai setara dengan pahala wajib. Ramadhan yang berjumlah 29 atau 30 hari, tetapi ia tak memperoleh apa puun.

Aku menjawab, “Aamiin…”

Kemudian ketiga, amat celaka orang yang masih memiliki orangtua dalam pengasuhannya tetapi tidak pernah menghormati orang tuanya. Maka orang ini haram memasuki syurga-nya Allah subhanahu wata ‘alaa..

Aku menjawab, “Aamiin…”

Ada suatu kisah nyata, Sahabat Ibnu Abbas menangis tersedu-sedu Ketika ibundanya meninggal dunia, sedemikian hingga, sahabat-sahabat terheran-heran dan bertanya, “Wahai akhi… mengapa ibunda meninggal dunia Anda menangis sedemikian rupa.. Apakah anda tidak menerima dengan takdir Allah?”

Sahabat Ibnu Abbas menjawab, “Aku menangis bukan menyalahi takdir. Tetapi aku menangis karena denganmeninggalnya ibuku itu, satu pintu syurga tertutup untukku.”

Wallahu a’lam.

Depok, 24 Maret 2022.