Sari Mulyani

Duluu, saya tidak suka pelajaran mengarang. Tetapi sejak bergabun di Gurusiana, saya ditantang menulis dan menulis. Enak juga juga jadi penulis.... Hmmmm, Trims...

Selengkapnya
Navigasi Web
TINDAKAN APA YANG MENGHALANGI DOA? (Tantangan baru 44)
Penghalang do'a

TINDAKAN APA YANG MENGHALANGI DOA? (Tantangan baru 44)

Suat hari, seorang ‘abid bernama Ibrahim bin Adham berniat akan pergi ke Al Aqso. Untuk bekal perjalanan ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua yang berjualan di dekat masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihar “sebutir kurma” tergeletak dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.

Setelah itu ia berangkat menuju Al Aqsa. Pada zaman dahulu itu perjalanan dari masjidil haram menuju masjidil Aqsa ditempuh sekitar 4 bulan. Seperti biasa Ibrahim lebih suka memilih tempat ibadah pada sebuah ruangan dibawah Kubra Sakhra.

Ibrahim sholat dan berdoa khusyu sekali. Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua malaikat tentang dirinya.

Malaikat pertama mengatakan, “Itu, Ibrahmi bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara’. Yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT.”

Malaikat kedua menjawab, “Tetapi sekarang tidak lagi, doanya ditolak. Karena 4 bulan lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat masjidil Haram.”

Ibrahim terhenyak, dan terkejut sekali. Ia mengingat kejadian 4 bulan lalu. Jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, sholatnya, doanya, dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima Allah SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

Astaghfirullahal ‘azhiem. Ibrahim beristighfar. Ia langsung berkemas berangkat lagi ke masjidil Haram di Mekkah untuk menemui pedagang tua penjual kurma, untuk meminta dihalalkannya sebutir kurma yang telah dimakannya.

Begitu sampai di Mekkah ia langsung mencari pedangan tua penjual kurma. Tetapi ia tidak menemukan, melainkan hanya seorang anak muda.

Ibrahim menyampaikan maksudnya, “Empat bulan lalu saya membeli kurma dari seorang pedagang tua. Kemanakah beliau sekarang?”

Anak muda menjawab, “Sudah meninggal sebulan yang lalu. Saya meneruskan pekerjaannya berdagang kurma.”

“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun. Kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan?”

Kemudian Ibrahim menceritakan peristiwa yang dialaminya. Anak muda itu mendengarkan dengan penuh minat.

“Engkau sebagai ahli waris, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang telah terlanjur kumakan tanpa izinnya?” pinta Ibrahim.

“Bagi saya tidak masalah. In-syaa Allah saya halalkan. Tapi enath dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tak berani mengatasnamakan mereka. Karena mereka mempunyai hak waris yang sama dengan saya,” sahut anak muda itu.

“Dimana alamat saudara-saudaramu? Biar saya temui satu persatu,” lanjut Ibrahim.

Setelah menerima alamat, Ibrahim pergi menemui mereka semua. Meskipun rumahnya berjauhan, akhirnya selesai juga. Mereka semua setuju menghalalkan kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

Empat bulan kemudian, Ibrahim sudah berada di bawah Kubra Sukhra. Tiba-tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu bercakap-cakap tentangnya.

Malaikat pertama mengatakan, “Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain.”

Malaikat kedua menjawab, “O tidak…, sekarang doanya sudah makbul lagi. Ia telah mendapat penghalalan dari para ahli waris pemilik kurma itu.”

Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram. Sekarang ia telah bebas.

Luar biasa cerita tersebut, seolah menyindir kita. Ia mengingatkan kepada kita. Jangankan sebutir kurma, mungkin sudah tak terhitung berapa banyak hak orang lain yang kita rebut selama ini…?

Dengan segala cara berbisnis, menggarap proyek, berpolitik, berkuasa agar mendapatkan materi. Setelah materi di tangan, kita menganggap hak kita sepenuhnya. Padahal didalam harta kita ada harta orang lain yang harus kita keluarkan.

Jikalau sebutir kurma saja dapat menjadi penghalang dikabulkanya do’a, bagaimana dengan berbagai cara dalam menghalakan perbuatan, memelintir ayat-aat agar menguntungkan diri, Mudah berbohong, Tidak malu ingkar janji, dan sebagainya. Tak lain dan tak bukan karena harta yang masuk ke dalam perutnya terlalu kotor. Tindakan yang menghalangi do’a-do’a tidak sampai ke langit. Naudzu billahi min dzaalik.

Wallahu a’lam. Tabik.

Depok, 13 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post