Entah mengapa sewaktu mau menulis tadi kok aku teringat dengan kota Pekalongan. Pekalongan kota yang memiliki memori tersendiri bagiku. Banyak suka duka dan suka cita yang tak bisa kulupakan hingga kini.

Diantara banyaknya memori yang ada disana. Malam ini aku mau menuliskan tentang Makanan yang tak bisa kulupakan selama di sana.

Mendoan buatan emak di pondok rasanya beda, enak, besar dan garing. Tapi kalau harus tiap pagi sarapan itu, tetap saja bosan. Mau setahun, dua tahun, bahkan empat tahun di pondok, mendoan adalah sahabat karib kala sahur Senin Kamis dan sarapan pagi.

Bulan pertama jumpa mendoan tiap hari membuatku mual kalau sarapan, tapi mau tak mau tetap harus kutelan. Hingga akhirnya aku cinta dan merindukan mendoan, kalau dah tak jumpa lama saat libur semester tiba.

Sampai sekarangpun kalau masak mendoan nggak bisa dikit, ntah lagi lapar atau doyan. Anak-anakpun suka sekali dengan camilan satu ini.

Nah, satu lagi makanan yang menjadi sweet memory adalah soto tauto. Ini adalah salah satu makanan khas Pekalongan. Kalau di pondok tak pernah menemukan ini. Makanan khas ini biasa kami beli kala libur Jum'at tiba.

Anak pondok pasti pada hafal menu hariannya pondoknya. Kalau pagi lauk ayam dan sayur kangkung, malamnya pasti kerupuk dan sayur kangkung. Tapi semua nikmat, karena makannya sama-sama dan kita bersyukur dengan rezekiNya.

Soto tauto itu isinya bihun, tauge, kol diiris, pakai daging plus jeroan, ditaburi daun sop prei dan bawang goreng garing. Nikmat. Yang buat beda dengan soto biasa, tambahan tauto dan racikan rempahnya. Apalagi disantap dengan rasa super pedas. Wow, pasti buat makin bergairah dan keringat bercucuran.

Sepenggal kenangan tentang kuliner Pekalongan ini membuatku rindu pada Umi-umi, teman seperjuangan di Al Irsyad dan suasana sepanjang jalan Teratai.

Semoga Allah pertemukan kita kembali di SurgaNya nanti ya saudaraku semua. Aamiin.