Saripuddin Lubis

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Siswa Masuk 'Zaman Now', Guru Teruslah Mengasah Ilmu
Guru Tidak Boleh Berhenti Mengasah Ilmu

Siswa Masuk 'Zaman Now', Guru Teruslah Mengasah Ilmu

'Zaman terus berubah, tetapi guru tetap tak berubah'. Sebuah ungkapan yang munkin klise, tetapi ungkapan tersebut harusnya 'memukul' hati seorang guru yang masih punya hati nurani. Bayangkan, pada saat perhatian terhadap profesi guru sudah 'dijamin' oleh undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembayaran tunjangan profesi, ternyata tidak sedikit guru yang masih tetap 'jalan di tempat', tidak acuh, bahkan benar-benar tidak peduli.

Saat ini pendidikan kita sudah semakin masuk ke babak baru, babak di mana sistem pembelajaran sudah harus diikat oleh kondisi zaman yang semakin kompeks. Peserta didik kita menyebutnya 'zaman now'. Jangan alergi dengan istilah tersebut, sebab istilah itu boleh jadi bernuansa positif. Saat teknologi yang notabene semakin memudahkan, namun kondisi di lapangan justru semakin menyulitkan bagi sebagian guru karena keterbelakangan akan penguasaan teknologi itu sendiri.

Peserta didik kita, sudah hampir merata dari kota sampai ke desa akrab dengan teknologi. Sebagian beranggapan bahwa teknologi telah meracuni generasi kita. Anggapan yang tidak sepenuhnya dapat diterima, sebab teknologi justru yang telah menjadikan sebagian generasi kita menjadi lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan. Sayangnya, kondisi yang demikian tidak diimbangi dengan keinginan guru untuk melakukan perubahan diri mengejar ketertinggalannya.

Melihat belum profesionalnya sebagian guru kita, publik dan para pemerhati pendidikan mungkin masih saja disibukkan dengan pro-kontra mencari akar masalahnya. Ada yang masih saja mengambinghitamkan lembaga penyelenggara pendidikan, bahkan mungkin pemerintah. Namun sebenarnya akar masalahnya saat ini adalah pada guru yang telah 'menikmati' tunjangan profesi itu sendiri.

Tidak ada alasan apapun bagi seorang guru untuk tidak meningkatkan kompetensi sosial, pedagogi, dan (terutama) profesionalnya. Begitu banyak sarana belajar yang dapat dimanfaatkan saat ini. Sarana lain adalah semakin berkembangknya komunitas-komunitas yang menawarkan secara sukarela pelatihan dan ruang-ruang diskusi dalam rangka peningkatan kompetensi guru tersebut. Grup-grup media sosial semisal Watshapp, Line, Istagram, FB, dan sebagainya dimanfaatkan pula membentuk komunitas-komunitas guru. Hanya, sudah seberapa jauhkah para guru memanfaatkannya? Jangan-jangan para guru anggota grup media sosial tersebut masih hanya sekadar membagi informasi tanpa pernah membaca informasi yang dibagi, membagi berita-berita politik yang tidak ada kaitannya dengan profesi guru, hanya sekadar ber-say hello, atau hanya mengucapkan 'selamat ulang tahun'? Sebagiannya lagi malah terus disibukkan dengan perbincangan mengenai tunjangan profesinya semata, keterlambatan pembayaran, dan hal-hal lainnya dan cenderung 'melupakan' perbincangan peningkatan kompetensi dirinya.

Miris memang. Kita tentu berharap para guru kita mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin pesat tersebut. Pembelajaran dari waktu ke waktu, minggu ke minggu, yang hanya memanfaatkan semisal 'infokus' untuk menampilkan 'powerpoint' juga harus ditinjau ulang. Intinya, guru harus benar-benar dapat lebih kreatif dalam meningkatkan kompetensi dirinya sekaligus mampu mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi yang begitu akrab dengan siswa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bapak yang saya hormati, terima kasih atas tanggapan Bapak. Saya tidak ada menulis bahwa guru itu bodoh. Bapak yang malah menyebut demikian. Saya hanya mencoba menyampaikan pandangan saya. Kalau Bapak punya pandangan berbeda, mari silakan sampaikan opini Bapak juga. Salam santun.

03 Apr
Balas

Emang bodoh banget guru dimatamu?

03 Apr
Balas

Emang bodoh banget guru dimatamu?

03 Apr
Balas



search

New Post