Desmasari Simamora

Guru SMPN 42 Padang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
NANO-NANO KEHIDUPAN
#Tantanganharipertama

NANO-NANO KEHIDUPAN

Hari ini, saya tak sabar menantikan kehadirannya untuk mendengarkan kisahnya. Seseorang yang menginspirasi saya dari episode kehidupannya, yang indah penuh warna-warni katanya. Dia anak pertama, dari 5 bersaudara.

Pernah dia bercerita bahwa dia sering bolos sekolah, kalaupun sekolah selalu telat. Sebelum saya bertanya, dia langsung memberi jawaban atas pertanyaan yang terlintas di benak saya, "aku bolos karena bekerja, bukan untuk main-main kak, aku cari uang untuk beli buku dan untuk ongkos".

"Kenapa tidak minta sama bapakmu untuk beli buku dan ongkos? " saya bertanya karena penasaran. Saya pernah mendengar selentingan kalau keluarga besar ayahnya punya tanah yang luas di lingkungannya.

"Malas kak, nanti ceramahnya panjang sampai berjam-jam, tapi uangnya tak dikasih. Lebih baik aku kerja, jelas dapat uangnya", jawabnya sambil terus mencuci kainnya yang penuh satu baskom hitam besar.

Hari ini, saya kecewa karena dia tidak datang. Jadilah saya mencuci tanpa mendengar episode kehidupannya. Saya merasa sungai ini sepi tanpa kehadirannya, meskipun banyak emak-emak dan anak gadis yang sedang mencuci kain, dan mencuci piring sambil bercengkerama dengan asyiknya, juga riuhnya suara anak-anak yang mandi sambil bermain, melompat dari dermaga. Semoga besok dia datang, saya berjanji akan menemaninya menyelesaikan cuciannya, sambil nendengarkan kisahnya.

Sudah tiga hari saya menunggunya, tetapi sosok yang dinantikan tidak kunjung datang. Terbayang diingatan saya, ketika dia bercerita tentang jalan pintas ke sekolahnya yang melewati persawahan penduduk menuju pagar belakang sekolah supaya mengirit ongkos.

"emangnya ada gerbang belakang juga dek? Tanya saya waktu itu. Dengan malu-malu, dia menjawab "ndak kak, aku manjat pagar belakang sekolah". Dengan heran saya bertanya, "kamu memanjat pagar?, apakah tak pernah ketahuan satpam?". "Aaah kakak ni, tak percaya aku manjat pagar karena aku gemuk ya?" dia malah balik bertanya sambil tertawa memandangi ekspresi wajah saya. "Pernahlah kak, kan pak tanjung sama pak lubis bergantian keliling naik sepeda ke lapangan belakang sekolah. Awalnya hanya dinasehati, pas ketahuan untuk kedua kali dan seterusnya dihukumlah kami yang manjat pagar", lanjutnya menjawab.

Teringat juga ketika awalnya saya kenalan dengan dia di sungai ini. Waktu itu, awal saya bertugas di desa ini, setelah wisuda beberapa bulan, saya lulus tes. Dan itu hari pertama saya mencuci dan mandi di sungai. Jam setengah empat, sungai ini sudah ramai.

"Kak, di sini saja" seorang gadis remaja yang tidak jauh dari tempat saya berdiri memanggil ke arah saya sambil menunjuk tempat tepat di sampingnya. Mungkin dia melihat ekspresi saya yang kebingungan karena dermaga yang biasa digunakan warga untuk mencuci sudah penuh. Sambil mencuci, saya membuka perbincangan untuk memecah kebisuan kami.

"Siapa nama kamu dek?".

"Dame kak",

"Masih sekolah?"

"Masih kak"

"Dimana dek? "

"Di SMUN 2 kak"

"Kelas berapa"

"Kelas satu kak"

"Hanya sendiri mencucinya dek? "

"ndak kak, sama sepupu, itu yang sedang cuci piring", katanya sambil menunjuk gadis seumurannya.

"Kakak baru pindah ke sini?"

"Iya, kakak baru di tugaskan di SD sini"

"Maaf bu, kukira tadi masih kakak-kakak kuliah" jawabmu dengan ekspresi terkejut dan menyesal.

"Tak apa-apa, kamu boleh manggil saya kakak", saya menjawab sambil tersenyum kecil melihat ekspresinya malu pada wajahnya yang bulat.

Sejak hari itu, setiap kali melihat saya di tepi dermaga, dia akan memanggil saya untuk mencuci di sampingnya, seperti memang sengaja dia sediakan untuk saya. Dia mulai banyak bertanya tentang pengalaman saya kuliah, apa yang dipelajari, sampai bertanya tentang biaya kuliah dan harga buku-buku perkuliahan.

Sampai akhirnya saya tahu kalau dia tinggal dengan keluarga dari pihak ibunya, tepatnya sepupu perempuan ibunya. Ibunya seorang tukang jahit, dan sudah lebih setahun sakit parah. Bapak, ibunya beserta 3 orang adiknya tinggal di desa sebelah, di rumah neneknya dari pihak ayah. Sedangkan 1 orang adik laki-lakinya yang masih kelas 6 SD terpaksa harus tinggal bersama kakak ayahnya, meskipun masih di desa yang sama dengan neneknya. Sejak itu, saya semakin tertarik bercerita dengannya.

Hhhh, kemanakah kamu dek?. Sudah 4 hari saya menunggumu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post