Air Mata Emak
Jika ada momen yang paling membuatku terharu sekaligus iri kepada kakak-kakakku, tak lain adalah momen pada bulan Ramadan. Saat itu, tiga kakakku yang tinggal merantau di ibu kota pulang ke rumah yang disambut dengan tangis bahagia dan pelukan hangat Emak. Aku, si bungsu yang tinggal bersama Emak hanya bisa menyaksikan itu. Kadang-kadang aku pun turut larut dengan suasana haru itu dan tidak terasa ikut mengusap mataku yang basah.
Pada Ramadan ini, saat kakak-kakaku tidak bisa mudik, aku membayangkan bisa membalas rasa iri itu. Lebih dari setahun ini aku bekerja di kota kabupaten dan selama itu aku sengaja tidak pulang meskipun jaraknya hanya puluhan kilometer. Aku berharap bisa mendapatkan hal yang sama dari Emak. Di sepanjang perjalanan pulang, aku tersenyum membayangkan bagaimana Emak akan menangis, memelukku, dan mengucapkan betapa rindunya ia kepadaku.
Beberapa kali salamku tak jua dijawab Emak. Hmm, apa Emak tidur ya, pikirku. Aku mengulangi kembali salamku dan kali ini sengaja lebih keras. Dari kaca rumahku yang gordennya terbuka, aku melihat Emak tergopoh-gopoh membukakan pintu. Dan, benar kan, Emak menangis. Aku segera mencium tangan Emak. Tapi kedua tangan Emak tak kunjung mendarat di badanku. “Oh, kamu, Ihsan. Emak kira siapa. Maaf ya, Emak sedang mengiris bawang di dapur. Mata Emak sampai berair begini,” kata Emak tanpa basa-basi.
Lebak, 24042021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hehehehe mata emak berair karena bawang...awalnya terharu dan hampir menitikkan air mataku saat membacanyaEndingnya lucu ya jadi tersenyum simpul sendiri ...sukses , keren Bucan pentigrafnya
Hehehe.. Iya, Bun. Terima kasih. Salam literasi.
Hehehe .. pentigraf Ibu sore ini buat reader jadi tersenyum. Penasaran ending ceritanya seperti apa. Mungkin pentigrafnya untuk mengobati kekesalan kpd slh satu provider yg sedang gangguan spt dlm status wa nya. Hehe ...Pentigraf Ibu selalu kunanti karena alur ceritanya sangat menarik.
Terima kasih, Pak, sudah menjadi pembaca setia. Kebetulan tadi sempat menangis karena mengiris bawang, hehehe..
Terima kasih, Pak, sudah menjadi pembaca setia. Kebetulan tadi sempat menangis karena mengiris bawang, hehehe..