Merekah senyum Aina. Sambil memeluk celengan ayamnya, ia membayangkan apa yang akan dilakukannya dengan uang yang berbulan-bulan ini sudah ia kumpulkan. Dalam benaknya, tergambar seragam baru, sepatu baru, tas baru, dan alat tulis yang selama ini diidamkannya. Pulpen bergambar Hello Kitty, buku bergambar tokoh-tokoh film Frozen, dan semua yang hanya ia lihat dimiliki Rara, teman sebangkunya. Aina semakin hangat mendekap celengan ayamnya.

Tak lama, ia meletakkan kembali celengan ayamnya di atas meja belajarnya yang miring. Usia rupanya sudah membuat salah satu kakinya kian keropos. Tak hirau Aina. Meja itu salah satu saksi akan usahanya yang tak pantang menyerah untuk belajar. Biarlah, batinnya. Meja itu pula yang akan menjaga celengan ayamnya. Sekali lagi, Aina mengusap celengan itu. Uang kertas sepuluh ribuan pastilah sudah lebih dari seratus lembar ada di dalamnya. Ia berharap bisa terus menambahnya setiap hari. Ia berjanji akan semakin rajin membantu Bu Suti membawakan dagangannya ke pasar setiap pagi. Apalagi jika ia juga bisa membantu merapikan dagangan itu pada sore harinya. Pasti Bu Suti akan memberinya dua lembar sepuluh ribuan. Ah, semakin rajin aku membantu Bu Suti, semakin banyak pula isi celengan ayamku ini, harapnya dalam hati.

Di balik pintu kamar Aina yang sedikit terbuka, ibunya mengintip. Ia merasa sangat bersalah kepada Aina. Sebagian isi celengan itu sudah ia serahkan kepada petugas bank emok tadi siang.

#Pentigraf

#TemaBenda

#MenduniaBersamaSLI

#SLISiapMeliterasikanDunia