Ujian Sekolah sudah kutempuh. Tahun kedua belas ini akhirnya kuselesaikan juga. Lega rasanya. Dulu, saat lulus dari SD, sedikit pun aku tak pernah membayangkan untuk bisa merasakan duduk di bangku SMP, apalagi sampai di SMA. Tapi kenyataannya membuatku sangat bersyukur karena sebentar lagi aku akan menerima ijazah sebagai bukti aku tamat dari jenjang sekolah menengah. Buat orang lain mungkin biasa, tetapi bagiku ini istimewa.

“Bu, setelah saya menerima ijazah nanti, saya izin pamit untuk pulang kampung,” kataku kepada Bu Atikah. Tak lupa aku pun mengucapkan terima kasih atas kebaikannya menyekolahkanku, meskipun aku hanya seorang pembantu di rumahnya. Aku sampaikan juga bahwa mungkin jika dulu Bu Atikah tidak kehilangan dompetnya yang tidak sengaja kutemukan di pinggir jalan, mungkin nasibku tidak sebaik ini. Kebahagiaan yang sekarang kurasakan semua karena kebaikan dan ketulusan Bu Atikah. Bu Atikah hanya tersenyum mendengar semua yang kukatakan.

“Asri, ijazahmu sudah saya ambil dari sekolah. Tapi tidak akan saya berikan kepadamu. Kamu harus membayar semua biaya yang sudah saya keluarkan selama kamu sekolah,” kata-kata Bu Atikah bagaikan petir di siang hari. Aku sungguh terkejut dan tidak tahu harus menjawab apa. Aku bergeming. Tak terasa air mataku menetes. Tapi tiba-tiba Bu Atikah memelukku dan menjelaskan bahwa apa yang dikatakannya hanya bercanda. Bahkan ia bermaksud menguliahkanku. Inikah yang dimaksud cempedak berbuah nangka? Tanyaku dalam hati.

Lebak, 13042021