Luka Hati Ibu
Setiap kali mendengar suara azan, senandung kitab suci, dan deru majlis taklim yang dipenuhi jemaah, hati Nurjanah selalu diliputi pilu. Berjuta sebab tak pernah mampu ia uraikan. Berharap pada waktu yang akan mengajaknya melangkah mundur, memulai kembali semuanya dari awal, pun sebuah kesia-siaan. Hanya dendang tangis yang memahaminya, melewati berpuluh purnama dalam jiwa yang terperangkap luka.
“Si Rayhan itu sungguh hebat dan saleh. Masyaallah. Pulang dari pesantren langsung jadi ustaz. Mengajari anak-anak mengaji, jadi imam di masjid, jadi khotib Salat Jumat, mengisi pengajian ibu-ibu, dan sering dipanggil untuk ceramah di luar kota. Orang tuanya beruntung sekali. Tidak sia-sia Rayhan bertahun-tahun belajar di pesantren ya,” ungkap Bu Suci sambil melirik ke Nurjanah yang diiyakan oleh teman-teman arisannya. Nurjanah hanya tertunduk. Ia tak punya kata untuk bisa menimpali. Hatinya teriris. Sejak itu, ia lebih memilih diam dan menjauhkan telinganya dari forum-forum yang di dalamnya berpotensi menggunjing. Apalagi jika bahan gunjingan itu seolah-olah diarahkan kepadanya.
“Tuhan, mengapa Kau jawab doa-doaku dengan seperti ini? Aku malu, Tuhan! Hatiku juga sakit!” jerit hati Nurjanah. Suara azan subuh selalu terasa lebih keras menamparnya, menuntun ingatannya kepada Syamsul, anak laki-lakinya yang ia titipkan di pesantren lebih dari lima tahun. Syamsul yang kini hidup di penjara setelah memimpin perampokan di sebuah minimarket.
Lebak, 17042021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar