Hari Rabu selalu ditunggu oleh Danu. Hari itu jadwal Mang Ompong berjualan di musala, tempat sementara anak-anak kelas satu bersekolah selama masa pandemi. Hari-hari lainnya Mang Ompong berjualan di tempat lain. Berpindah-pindah tempat. Buat Danu, hari Rabu selalu membuatnya bersemangat berkali-kali lipat. Pada hari Rabu juga, di akhir pembelajaran, Bu Anggi akan memberikan permainan yang mengasah kemampuannya dan teman-temannya dalam berhitung. Siapa yang cepat dan tepat menebak, dia akan pulang lebih cepat. Mengingat itu, Danu tersenyum.

Tebakan pertama Bu Anggi dijawab dengan cepat dan tepat oleh Danu. Ia pun segera merapikan buku-bukunya dan dengan tergesa keluar dari musala. Ia masih melihat punggung Mang Ompong yang telah meninggalkan halaman musala, tapi ia tidak menemukan apa yang biasanya ia lihat. Halaman musala tampak bersih. Ke mana sampah-sampah itu, tanya Danu dalam hati. Bukankah biasanya masih berserakan, pikirnya. Danu terduduk lemas. Harapannya untuk mengumpulkan sampah plastik bekas air minum yang dijual Mang Ompong seperti pada hari-hari Rabu sebelumnya pupus sudah. Tawa riang dan sorak-sorai teman-temannya yang berhasil menebak pertanyaan Bu Anggi terdengar sangat menyayat hatinya. Danu menangis.

Bu Anggi keluar paling terakhir. Halaman musala sepi. Semua anak kelas satu sudah pulang. Tapi tatapannya berhenti pada Danu yang masih duduk di pintu pagar musala. Bu Anggi segera menghampirinya dan bertanya mengapa. “Aku sedih, Bu. Sampah plastik bekas air minumnya hari ini tidak ada. Aku jadi tidak bisa menabung, Bu. Padahal aku ingin sekali memiliki meja lipat seperti teman-teman, biar tidak lagi menulis di lantai,” jawab Danu sambil tersedu.

#Pentigraf

#Pertemuanke-1

#Harike-5

#TemaBenda

#MenduniaBersamaSLI

#SLISiapMeliterasikanDunia