Ia mengingat-ingat kapan terakhir kalinya ia mampir di gedung ini. Oh, rupanya persis seminggu sebelum larangan masa pandemi itu diberlakukan. Saat itu, gedung ini dipakai acara resepsi yang sangat mewah. Ia ingat betul, sore harinya ia diizinkan petugas keamanan gedung itu untuk ikut membersihkan gedung. Pulangnya, ia disambut gembira oleh anak semata wayangnya, Rani, karena membawa banyak makanan sisa yang enak-enak. Petugas keamanan bahkan memberinya sebuah dus kecil untuk membawa nasi dan makanan lainnya. Hatinya senang bukan main. Istrinya tak henti mengucap syukur atas rezeki hari itu.

“Pak, aku ingin sekali makan nasi di kotak seperti dulu itu,” ucap Rani yang sudah sebulan terbaring sakit. Permintaan Rani seminggu terakhir ini membuatnya sedih, karena ia sudah lama tidak melihat keramaian di gedung itu. Jika harus membeli, rasanya uangnya tidak akan cukup. Selama ini penghasilannya sebagai pemulung belum memungkinkannya untuk membeli makanan enak seperti itu. Ia hanya mampu berjanji kepada Rani, tanpa tahu kapan bisa mengabulkannya.

Sore ini, gedung itu ramai. Ingin rasanya ia melonjak kegirangan. Tapi ia menahannya sampai mendapatkan kepastian tentang sisa makanan di sana. Setelah bertanya dan meminta izin kepada petugas keamanan, ia membuka tempat-tempat sampah di luar gedung. Satu dus bekas ia ambil, selanjutnya ia mengumpulkan dan merapikan sisa-sisa nasi dan makanan yang ada. Ia menarik napas lega, karena ia akan pulang membawa nasi kotak yang diidamkan anaknya. Sayangnya, di rumahnya yang sempit, istrinya menangis memeluk Rani yang tak lagi bisa membuka matanya.

Lebak, 09042021