Mang Ujang sibuk menyapu halaman depan ruang guru. Bukan kepo, tapi ia tertarik dengan obrolan para guru. Akhirnya, bagian yang sudah bersih pun ia sapu lagi. Sambil terus menyapu dengan durasi yang sengaja dilama-lamakan, Mang Ujang menguping. Ia tampak manggut-manggut sendiri. Entah informasi apa yang sedang dicerna pikirannya. Sejenak, ia menghentikan aktivitasnya, kepalanya tampak menengadah, matanya berputar-putar, dan jari telunjuk tangan kanannya diletakkan di bibirnya. Mang Ujang seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.

“Iya, semoga ada rezeki kita ya. Kita berdoa saja,” mendengar suara Pak Iyan yang kurang optimistis, kening Mang Ujang semakin berkerut. Pikirannya terus tertuju pada sebuah kotak yang sudah lama tidak ia lihat di dinding ruang guru. Jangan-jangan memang ada yang sangat penting di dalam kotak yang hilang itu, pikirnya. Tiba-tiba ia tampak teringat sesuatu. Segera ia lepaskan sapu di tangannya dan dengan langkah seribu meninggalkan halaman ruang guru.

“Maaf, Pak, Bu, ini kotaknya. Ternyata ada di ruang UKS. Saya lupa kalau kotak ini pernah saya lihat ada di sana. Mungkin ada siswa yang membawanya,” jelas Mang Ujang dengan napas yang turun naik. Semua orang yang ada di ruang guru menatap Mang Ujang tidak mengerti. Tidak ada yang sedang mencari kotak P3K, yang ada mereka sedang berbincang tentang PPPK.

Lebak, 17052021