Pertemuan yang Patah
Zainab. Seorang gadis yang kukenal sejak lama. Tepatnya sejak kami sama-sama bersekolah di sebuah MI yang ada di kampungnya. Kami tinggal di kampung yang bertetangga yang dipisahkan oleh sungai. Untuk sampai ke sekolah, aku harus melewati jembatan bambu. Jembatan itu akan berderak-derak saat angin menimpanya. Dan kami yang ada di atasnya akan merasakan sensasi seperti berada dalam ayunan.
Setelah lulus dari MI, Zainab melanjutkan sekolah sampai lulus MA di kota kabupaten. Sedangkan aku memilih melanjutkan belajar di pesantren di kampungku. Namun, kami masih sering bertemu, terutama saat Zainab libur sekolah. Perasaan kami pun bertaut secara alami. Sampai akhirnya sebuah pesan singkat kuterima darinya. “Kang, lusa Abah akan mempertemukanku dengan seorang laki-laki anak sahabatnya. Aku menolak, tapi Abah tidak bisa dibantah kecuali aku bisa membawa seorang lelaki yang bisa meyakinkannya. Datanglah besok ke rumahku, Kang! Demi aku.” Aku membalas pesan Zainab dengan perasaan yang bercampur aduk. Jantungku berdegup lebih kencang seiring hujan yang tiba-tiba menderas bersama suara petir yang saling bersahutan. Senja pun kelabu.
“Sungai meluap! Jembatan patah!” teriak orang-orang. Aku meletakkan handphone-ku dan segera ke luar kamar untuk memastikan berita itu. Sekujur tubuhku lemas. Satu-satunya akses jalan menuju kampung Zainab telah patah. Terbayang wajah sendu Zainab yang lusa akan bertemu dengan lelaki itu.
Lebak, 23052021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen pentigrafnya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih, Pak, atas kunjungan dan apresiasinya.
Pentigraf memang sangat booming saat ini. Alhamdulillah saya langsung dapat bimbingan dari Prof. Tengsoe sebagai penggagas atau penemu pentigraf ini. Yang perlu di perhatikan dalam pentigraf, tidak boleh lebih satu kalimat langsung pada tiap paragrafnya, dan ada ketidakterdugaan di paragraf ketiga. Salam sehat dan sukses selalu bunda
Terima kasih atas kunjungannya, Pak. Terima kasih juga atas apresiasinya. Alhamdulillah saya pun mengikuti diklat menulis pentigraf bersama Prof. Tengsoe. Ini salah satu hasil belajarnya, Pak. Salam yang sama untuk Bapak. Semoga selalu sehat dan sukses.
Pentigraf oke
Terima kasih, Pak. Terima kasih juga atas kunjungannya.