“Maaf, baru bisa ke sini. Kegiatan tadi lumayan padat,” katamu. Dan aku hanya mengangguk, tersenyum mafhum. Mencoba memahami kebiasaan dengan segala aktivitasmu yang bejibun dan nyaris tidak membuatmu memiliki cukup ruang meski sekadar untuk menikmati indahnya matahari terbenam. Seperti senja ini. Bahkan ketika aku begitu antusias dengan pertemuan ini setelah sekian lama kita tak mampu melakukannya, di antara desir angin pantai dan samudra yang turut melukiskan kerinduan, buatmu tak berarti apa-apa. Kamu datang tanpa embel-embel apa pun. Berbeda denganku yang terlalu banyak berharap.

“Tak apa, Mas. Aku tetap senang kok,” kataku. Debur ombak menelan senyum tawarku. Kita pun kemudian saling bertanya kabar. Berbasa-basi tentang cerita yang kita lalui masing-masing selama belasan tahun tak bertemu. Betapa kamu tidak tahu, aku jatuh bangun menahan rindu. Terkadang aku menyerah. Tak punya cukup keyakinan dengan apa yang kuharapkan. Setelah berulang kita berjumpa, berulang pula kita berpisah. Dan aku masih saja terlalu naif menjadikanmu sandaran untuk hatiku berlabuh.

“Bagus juga ya view hotel ini. Pantainya indah. Semoga bisa memberikan suasana nyaman selama kamu diklat di sini ya,” harapmu menutup obrolan singkat kita senja ini. Tak lama, kamu pun pamit. Meninggalkanku yang terlalu mengharapkan untuk mendengar kata-kata rindu darimu. Di ufuk, tak juga kulihat jingga bersemburat.

Lebak, 07062021