Daring Tak Bikin Boring

Sejak PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) diberlakukan secara nasional akibat pandemik covid-19, membuat siswa seluruh Indonesia dari semua jenjang harus melakukan Learning From Home (belajar dari rumah) dan bapak ibu gurunya pun mengikuti dengan Work From Home (bekerja dari rumah). Kita tidak pernah membayangkan akan mengalami kondisi seperti ini. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka di dunia nyata beralih secara tatap muka di dunia maya. Sepertinya dunia memang sedang dipaksakan untuk menyambut era revolusi industri 4.0. Dimana teknologi internet akan merajai seluruh aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan. Maka kemudian seluruh siswa seakan disiapkan agar tidak canggung lagi dalam penggunaan internet.

Namun proses ini bukan berarti tidak menemukan kendala. Apalagi yang dihadapi adalah siswa usia Sekolah Dasar. Kebetulan saya mengampu wali kelas enam di sebuah Sekolah Dasar. Beberapa kendala yang saya temui diantaranya adalah beberapa orangtua belum mengizinkan putra/putrinya memainkan gawai tanpa pendampingan, dengan berbagai pertimbangan. Dari 94 siswa masih ada sekitar 10 siswa yang belum memiliki HP android sendiri. Akibatnya mereka hanya bisa mengikuti proses belajar daring sepulang orangtua mereka bekerja. Untuk siswa yang seperti ini kami memberikan pemakluman dengan tetap memberikan pelayanan belajar pada malam hari.

Meskipun pembelajaran melalui daring, kami tetap mencoba konsisten membuatkan jadwal pelajaran seperti pembelajaran luring dengan beberapa penyesuaian. Kami tidak terlalu menuntut siswa untuk menuntaskan materi pembelajaran. Muatan belajar kami sisipkan life skill (ketrampilan hidup) seperti memasak bersama ibu/ayah, membantu menyetrika, menyapu, mengepel, bercocok tanam dan lain-lain. Pembiasaan ibadah yang biasanya langsung kami pantau di sekolah akhirnya harus melibatkan kerja sama orang tua untuk memantau dan melaporkan melalui google spreadsheet. Kegiatan hafalan Al-Qur’an dilakukan dengan cara siswa menyetorkan hafalan melalui voice note dan langsung disimak oleh guru BTQ-Tahfidz.

Pada mulanya siswa sangat antusias dalam mengikuti seluruh pembelajaran. Mungkin karena pengalaman pertama belajar full daring, mereka memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan gawai yang diidamkannya. Akan tetapi lambat laun sepertinya mereka mulai terlihat jenuh, terlihat dari prosentase siswa yang mengumpulkan tugas . Dari 31 siswa dalam satu kelas , kerap dijumpai 4 – 5 siswa yang tidak mengumpulkan .

Disinilah integritas guru duji. Kita dituntut untuk bisa mendesain pembelajaran daring supaya tidak garing. Berbagai aplikasi yang tersedia kemudian kami coba . Dari yang awalnya hanya mengandalkan WhatsApp Group (WAG), akhirnya kami mencoba menggunakan Zoom Meeting , Google Classroom hingga Quizizz . Dari beberapa aplikasi daring yang coba kami berikan kepada siswa ternyata yang paling banyak diminati adalah Zoom Meeting dan Quizizz. Dengan menggunakan Zoom Meeting, siswa merasa seperti sedang belajar di dalam kelas karena dapat langsung bertatapan dan berkomunikasi dengan guru dan teman- temannya. Siswa juga dapat berdiskusi seperti yang biasa mereka lakukan di kelas. Sedangkan dengan Quizizz, mereka merasa sedang MABAR (main bareng). Meskipun MABARnya berisi quis pelajaran. Apalagi siswa kelas enam dimana mereka perlu diperkaya dengan latihan-latihan soal . Tidak terasa, sambil bermain mereka sudah berlatih ratusan soal. Orangtuapun menyambut antusias. Kerap meminta kami untuk memperbanyak Quizizz. Meskipun tetap kami selingi dengan Zoom Meeting untuk melakukan tatap muka. Alhamdulillah dengan cara seperti ini siswa senang, guru nyaman , orangtuapun tenang .

Profil Penulis

Nama : Sasmi Pamiluwati, S.Pd , Guru SDIT Al-Azkar Pamulang . Lahir di Tegal, 26 April 1977 . Berdomisili di Pamulang Timur , Pamulang , Tangerang Selatan . Contact person WA/HP : 087776995631, email: [email protected] dan Facebook : https://www.facebook.com/sasmi.ummujundi/