Lelah di Tapal Batas
Lelah di Tapal Batas
Oleh Sasrianti
Memasuki lima musim penantian
Turunan, tanjakan, cadas, karang tak henti menerpa harapan
Hujan dan badai terkadang silih berganti bahkan ada yang bersamaan
Tak ada kata lelah apalagi menyerah untuk sebuah perjuangan
Walau tersungkur di turunan
Walau terengah di tanjakan
Walau tergores cadas pegunungan
Walau mengerang terhujam karang di lautan
Bercucuran darah tanpa warna
Mengelupas kulit tak terasa
Walau terasa lelah aku tak menyerah
Apalagi mengaku kalah
Ku bertahan demi yang namanya harapan
###
Namun, kini ku sadari semua
Aku tak bisa memungkiri kalau hanya manusia biasa
Rindu rasa nan berharga
Yang titik terangnya tak kunjung ada
Aku benar-benar lelah tak terkira
Tak sanggup berdiri apalagi melangkah dan berlari
Sekedar hanya menjemput mimpi
Oh mimpi tinggallah mimpi
Yang tak mungkin ku miliki
Karena tak sanggup lagi
Menata puing-puing dan serpihan hati
Yang terlanjur tersakiti
Kebohongan nyata membuatku menyadari
Kalau percaya pada pecundang selama ini
Demi menggapi asa di hati
Akhirnya harus layu dan dikubur mati
Lelahku di tapal batas
Payakumbuh, 13 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi keren sekali sas,, tetapi semoga masih tetap dalam harapan dan bermimpi ya
Mantap puisinya bu Sas, sukses selalu.
Terima kasih Buuu,