Sayutina Prastiwi

Katanya (seorang) guru ......

Selengkapnya
Navigasi Web
Mencari Surga Lain

Mencari Surga Lain

Berita perselingkuhan marak sekali sejak awal 2024. Ada yang dengan rekan kerja, ada dengan LC, ada dengan teman sekelas, ada juga dengan tetangga. Semua dengan alasan yang hampir sama 'mencari kenyamanan lain'. Meski sebenarnya itu lebih ke birahi.

Seorang wanita yang labelnya sudah menjadi istri, dituntut banyak hal atas nama patriarki. Mereka harus bisa mengurus rumah, keuangan, anak, mertua hingga berdikari dan punya penghasilan tambahan. Jika suami lelah sepulang kerja, maka istri tetap harus tersenyum menyambutnya meski remuk tulang selepas mengurus rumah tangga seharian. Itu bahkan belum jika si istri seorang wanita karir, maka lelahnya jadi berlipat. Urusan kantor dan urusan rumah. Karena itulah kodrat seorang istri, katanya.

Hal paling memilukan dari semua urusan rumah tangga adalah ketika istri sudah berpeluh-peluh sendirian, namun si suami ternyata berpeluh-peluh dengan wanita lain. Katanya karena istri tidak seperti dulu. Katanya istri sudah tidak pandai merawat diri. Katanya istri sering menuntut banyak hal. Katanya karena wanita lain itu lebih mampu membahagiakannya. Dan berbagai alasan lain yang tidak masuk akal yang kesemuanya membuat sang istri disudutkan. Disudutkan mertua karena tidak bisa membuat anaknya bahagia. Disudutkan keluarga karena tidak mampu melawan. Disudutkan masyarakat karena kurang kompeten menjaga keutuhan keluarga. Dan disudutkan keadaan karena dia harus memikirkan perasaan anak-anaknya jika berpisah dengan ayah mereka.

Paling menyakitkan lagi, jika seorang istri diminta ikhlas saat harus dipoligami. Bahwa kesediaannya itu akan berbuah surga tertinggi. Pahala mengizinkan suami menduakannya seolah pahala tertinggi yang bisa dicapai seorang istri dalam kehidupan ini. Meski untuk memperoleh surga tersebut dia juga harus siap menyayat hatinya sendiri dan terluka sendirian.

Ketika seorang istri terluka, tidak ada yang menguatkan dan meyakinkannya jika dia punya hak untuk sakit hati dan memberontak. Bahwa tidak berdosa jika ia hanya memikirkan keselamatan mentalnya terlebih dahulu, baru orang lain. Karena seorang istri punya hak itu. Pun jika dia memang harus merelakan surga tertinggi yang dijanjikan dia dapat.

Biarkan seorang istri menciptakan surga dunianya sendiri. Dengan kesetiaan dan dedikasi pada pasangan sepenuhnya. Lalu suami membalas hal serupa yang sama baiknya. Setiap istri akan memilih jalan surga lain tanpa mengorbankan hatinya. Karena sejatinya, pintu surga tidak hanya satu.

(Sumenep, 26012024)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Suami adalah surganya istri dan istri pun surga bagi suami. Masyaallah, tulisan yang inspiratif. Makasih sudah berbagi kebaikan lewat tulisan pagi ini ya, Mbak Sayu. Saya izin follow akun Mbak ya.

21 Mar
Balas

Terima kasih, Guru cantikku. Saya belajar banyak dari sampean.

22 Mar

Tulisannya keren dan inspiratif. Salam Literasi.

21 Mar
Balas

Terima kasih, Pak. Salam literasi.

22 Mar

Terima kasih, Pak. Salam literasi.

22 Mar



search

New Post