Kajian Fiqih & Sejarah dalam Islam
Bab umar bin khottob
UMAR
Kehidupan awal
‘Umar adalah Khalifah kedua dari Islam. Dia juga dikenal
dengan panggilannya, Abu Hafs, sedangkan dia menerima julukan Faruq ( yakni seorang yang memisahkan kebenaran dari
kepalsuan), setelah memeluk Islam. Dia putera dari Khattab.
Ibundanya bernama Hantamah. Hubungan nenek-moyang dengan Nabi adalah dalam turunan ke delapan. Usianya, tigabelas
tahun lebih muda dibanding Nabi. Dia berasal dari marga ‘Adiyy
yang memiliki posisi menonjol di antara kaum Quraish. Kepada marga ini dipercayakan fungsi penting dalam menyiapkan
pengawal dan arbitrase dalam kasus perselisihan. Ketika masih
muda, ‘Umar ahli dalam ilmu keturunan, seorang prajurit yang
berkemampuan tinggi dan pegulat serta ahli pidato yang besar. Di
pasar ‘Ukaz yang terkenal, dimana orang-orang berkumpul dari
tempat yang jauh-jauh untuk memperagakan apapun seni atau
keahlian yang dia miliki, ‘Umar mengambil bagian dalam gulat.
Dia juga menerima pendidikan dan satu dari sedikit orang yang
pada saat kedatangan Islam bisa membaca dan menulis. Ayahnya
untuk beberapa waktu menjadikannya pekerja sebagai gembala
unta. Namun, bisnis menjadi pekerjaan utamanya. Dia mempunyai pemahaman yang unik terhadap manusia dan peristiwa yang
memberinya reputasi besar dan dia ditunjuk sebagai duta. Jadi,
sebelum penerimaannya kepada Islam, dia menikmati kedudukan
yang menonjol dan terhormat.
Masuk Islam
Zaid, sepupu ‘Umar, adalah satu dari beberapa orang yang
menolak penyembahan berhala sebelum datangnya Islam dan
yang dikenal sebagai Hanif1
. Ketika risalah Islam datang, Sa’id,
putera Zaid, memeluk Islam bersama dengan isterinya, Fatimah.
Seorang pembantu perempuan ‘Umar juga bergabung dalam barisan, untuk mana dia menerima banyak pukulan di tangan tuannya. ‘Umar sangat menentang Nabi, dan suatu hari, atas dorongan
rasa permusuhannya, dia menghunus pedang dan keluar dengan
keputusan untuk membunuhnya.
Di jalan, dia bertemu dengan seorang lelaki bernama Na’im
bin Abdullah yang bertanya kepadanya kemana dia hendak pergi.
“Membunuh Muhammad”, jawabnya dengan tajam. Na’im bertanya
apa dia tidak takut dengan Bani Hashim dan Bani Zuhrah, yang
pasti akan membalas pembunuhan atas warganya. “Kelihatannya
engkau juga sudah membuang agamamu dan masuk Islam”, semprot
‘Umar. Karenanya Na’im berkata: “Kuceriterakan padamu sesuatu
yang masih asing. Saudara perempuan dan adik iparmu sendiri telah
1) Hanif secara harfiah berarti seorang yang condong kepada keadaan yang benar
menjadi Muslim”. Mendengar hal ini, ‘Umar langsung pergi ke rumah adik iparnya. Pada saat itu seorang lelaki bernama Khabbab
sedang memberikan pelajaran al-Qur’an di rumahnya. Ketika dia
mengetahui kedatangan ‘Umar, di menyembunyikan diri di sudut.
‘Umar bertambah curiga dan meminta istri dan saudara iparnya
membaca apa yang ada di sana dan telah baru saja didengarnya.
“Rupa-rupanya kalian telah menjadi Muslim”, kata ‘Umar dengan
marah. “Lalu mau apa?”, jawab Sa’id, “tidak bolehkah kami menerima
kebenaran jika ini sesuatu yang lain dari agamamu?” Atas jawaban
ini ‘Umar makin bertambah marah, dan menjatuhkan Sa’id, lalu
memukulinya hingga berdarah-darah. Saudaranya, Fatimah, melangkah maju untuk menyelamatkan suaminya. Dia juga terluka
namun dengan keras melafazkan kalimah
, kesaksian atas keimanan Islam. Pengabdiannya yang teguh tidak dapat menenangkan
‘Umar. Namun, dia juga tersentuh melihat saudara perempuannya sendiri yang berdarah-darah. Dia bertanya apa yang mereka
baca. Saudaranya mengeluarkan daun dimana tertulis surat yang
dikenal sebagai Ta Ha. ‘Umar mulai membacanya. Dia tidak bisa
membaca lebih lanjut ketika kebenaran itu merasuk di hatinya.
Dia akan pergi kepada Nabi untuk memeluk Islam. Khabbab
juga ikut keluar. Dia berkata, Nabi telah bermohon pada Kamis
malam kemarin, katanya, semoga Tuhan memperkuat Islam dengan masuknya ‘Umar bin Khattab atau ‘Umar bin Hisham, yang
lebih dikenal sebagai Abu Jahal. Doa itu telah dikabulkan dengan
memilih yang pertama. ‘Umar pergi langsung kepada Nabi, yang
pada hari-hari itu, biasa tinggal di rumah Arqam di kaki Bukit
2) Kalimah secara harfiah berarti satu kata, tetapi secara tehnis ini diterapkan
kepada deklarasi yang masyhur la ilaha ill-Allah Muhammad-ur Rasul-Allah;
yakni, tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.
Cukup dengan deklarasi ini saja seseorang memasuki barisan Islam
Safa. Di sana kaum Muslim berkumpul untuk berdoa. Di pintu,
para Sahabat Nabi tidak memperkenankan dia masuk, karena dia
membawa pedang di tangan. Namun, Hamzah berkata, bahwa
bila Tuhan menghendaki kebaikan, maka dia akan masuk Islam
hari ini. Dalam hal dia bermaksud jahat, tidaklah sulit bagi mereka untuk melayaninya sesuai dengan yang dikehendakinya.
Nabi masih ada di dalam rumah. Keluar menyambut ‘Umar,
beliau bersabda: “Akankah kamu tidak menahan diri, ‘Umar? Saya
takut kamu akan datang dengan kemunduran”. ‘Umar maju ke depan
dan, membaca kalimah, menyatakan diri Islam. Persaudaraan kecil itu larut dalam kegembiraan dan berseru Allah-u-Akbar (yakni,
Tuhan Yang Maha-besar) hingga bukit sekitarnya menggemakan
kembali suaranya. ‘Umar meminta agar Nabi keluar ke tempat
terbuka dan sesudahnya serta selanjutnya mengajarkan keimanannya secara umum. Ini terjadi pada bulan Dzulhijjah tahun yang
ke-6 dari kenabian. ‘Umar pada saat itu berumur 26 tahun.
Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar