Seir Haidah Hsb

Seir Haidah Hasbuan, M. Pd. K. Lahir 22 Mei 1965 di Pematang Siantar. Mengajar dari tahun 1986 sampai sekarang. Tempat tugas di SDN Cipayung 02 Komplek Perwira ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Si Belang yang Malang
Sumber gambar dari google

Si Belang yang Malang

28 November 2022 @Cernak

#Tagur hari ke-152 menuju 365 tahun ke-2

Si Belang yang Malang

Karya: Joy Feyderika Kelas 4

“Belang kesayanganku, kamu tinggal dulu ya! Kami akan pergi liburan,” ucapku sambil mengelus-elus punggung si Belang.

Si Belang menggoyang-goyangkan ekornya sambil mengusap-usapkan kepalanya ke ke kakiku.

Hari Sabtu kami akan pergi liburan ke daerah puncak. Si Belang kami tinggal sendirian di rumah. Makanan si Belang sudah kami siapkan. Sabtu pagi jam 06. 00 kami bersiap-siap berangkat. Perlengkapan untuk liburan sudah dipersiapkan dan dimasukkan ke dalam mobil. Perjalanan menuju ke puncak tidak terlalu macet, sehingga tiba di puncak tepat waktu. Saat di puncak aku tidak bisa tenang, pikiranku melayang kepada si Belang kesayangnaku.

“Belang, sedang apa kamu di sana? sabar ya besok siang kami sudah pulang,” kataku di dalam hati.

Baru berpisah sehari sudah rindu kepada si Belang. Kami tidak pernah berpisah. Setiap bermain aku selalu melempar bola kecil, dia pun mengejarnya dengan cepat. Di puncak udara tersa dingin, semakinmmalam terasa menusuk tulang-tulangku. Bergegas aku melangkah meraih baju hangat dari dalam tas. Aku pun meringkuk di tempat tidur yang tersdedia di Vila.

Pagi hari saat kami bangun udara terasa semakin dingin, kami berjalan pagi di sekitar Vila. Stelah sarapan pagi kami, berenang di kolam renang. Sunguh asyik saat berlibur. Minggu siang kami bersiap-siap meninggalkan Vila. Setelah semua rapi kami pun meniggalkan Vila. Bapak melajukan mobilnya menuju Jakarta.

“Belang, aku rindu mau menggendongmu, sebentar lagi kita bertemu ya,” kataku dengan wajah ceria.

Setelah sampai di rumah, aku turun dari mobil dan berlari mencari Si Belang kesayanganku. Aku memanggil-manggil namanya.

“Belang-belang di mana kamu,” panggilku.

Aku terkejut da menagis saat aku menemui si Belang sudah tergeletak di pinggir jalan. Kucing kesayanganku tertabrak mobil, Sambilmenangis aku panggil bapakku. Akhirnya kucing Belangku di kubur di samping rumah. Saat itu kesedihan menyelimuti hatiku. Aku teringat kepada si Belang yang sangat lucu. Malangnya nasibmu Belangku yang manis

Jakarta, 28 November 2022

Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang keren bunda

29 Nov
Balas

Terima kasih Bunda supportnya. Sehat sll

29 Nov

Terima kasih Bunda supportnya. Sehat sll

29 Nov

Keren cernaknya dan menginspirasi. Sukses selalu bunda

29 Nov
Balas

Terima kasih Bunda supportnya. Sehat sll

29 Nov

cerita yang mengharukan, sarat nilai2 karakter. Sukses Bu Sei Haidah

29 Nov
Balas

Terima kasih Pak supportnya. Sehat sll

29 Nov

Terima kasih Pak supportnya. Sehat sll

29 Nov

Terima kasih admin tulisanku bisa tayang

29 Nov
Balas



search

New Post