Mentari menyilaukan mataku ketika aku sedang mendengarkan materi Pak Nanong, guru sains di sekolahku. Beliau memaparkan materi tentang suryakanta sembari bereksperimen di lapangan sekolah. Sungguh sangat menarik. Usai sekolah, aku berjalan pulang. Melangkah sendiri menyusuri jalan yang sepi. Sepanjang perjalanan aku melamun dan membayangkan betapa magisnya suryakanta itu.

Aku terengah-engah, mencoba lari dari kejaran monster yang meraung-raung. Kucoba mencari tempat persembunyian. Sejenak, hening. Aku berpikir keras bagaimana caranya mengalahkan monster itu. Kakiku tak sengaja menginjak ranting dan membuat monster itu mengetahui keberadaanku. Monster itu mengeram buas. Tangan besarnya mencekikku. Kulihat tatapan matanya yang seakan siap melahapku. Beruntung sekali aku masih bisa melepaskan diri dari cengkeramannya.

Dalam situasi genting, aku teringat materi Pak Nanong mengenai suryakanta. Dengan cepat, aku menyusun strategi untuk mengalahkan monster itu. Kurogoh suryakanta yang entah mengapa ada di kantong celanaku, berdiri di posisi yang sesuai, lalu mengarahkannya pada monster itu. "Hyaatt!! " Jumlah berkas cahaya yang melewati suryakanta sangat banyak sehingga panas pada titik fokusnya menjadi berkali-kali lipat. Hal ini membuat monster di hadapanku terbakar, lalu lenyap. Baru saja hatiku lega, suara gemeretak terdengar di belakangku. Aku menoleh. Sebuah dahan pohon besar roboh menimpaku. "AAA!! " Aku terkejut dan bangun dari mimpiku.