misel

Selly Octarina, lulusan FIA-UB Malang, mengajar di SMPN 1 Bogor (2004-2019) lalu pindah bertugas di SMPN 7 Bogor sejak Januari 2020. Selama ini menulis dil...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bermain Hujan

Bermain Hujan

Jam 13.20 ketika matahari baru bergeser sedikit dari atas ubun-ubun. Panas begitu terik membuat mata menyipit dan alis mengerenyit saat memandang keluar ruangan. Jam terakhir mata pelajaran prakarya, saya berjanji mengajak mereka field trip.

Namun melihat matahari begitu garang saya jadi enggan. Bergegas ke kelas dengan rencana lain, membahas hasil PTS mereka minggu lalu. Namun rencana tinggal rencana. Saat melihat mata anak-anak yang memelas meminta tetap field trip walaupun saya berusaha meyakinkan hawa panas yang kurang baik untuk kesehatan, mereka bersikeras ingin tetap pergi.

Luluh juga hati ini. Singkat cerita akhirnya kami berjalan kaki menuju ke lokasi jembatan yang akan kami amati. Saya berjalan paling belakang. Sekitar 20 menit berjalan dari sekolah kami. Namun setelah 15 menit berjalan tiba-tiba panas terik berubah menjadi hujan lebat. Kaget sekaligus khawatir mengingat anak-anak yang tadi jalan terlebih dahulu. Siswa terakhir yang berjalan dengan saya terpaksa saya minta bergegas supaya tidak terlalu basah karena payung yang biasanya selalu tersimpan di tas hari ini tergeletak dengan manis di atas meja kerja saya.

Kota kami memang memiliki cuaca yang cukup ekstrim. Kadang mendung seharian tanpa hujan, hujan sepanjang hari atau hujan di saat sebelumnya cuaca terik seperti tadi.

Untunglah di tempat tujuan kami ada tempat berlindung dari hujan. Saat saya sampai anak-anak berteduh sambil tetap tertawa-tawa melihat hujan. Akhirnya pembelajaran saya hentikan dulu menunggu hujan agak reda.

Hujannya ternyata on off, begitu istilah saya untuk hujan yang tiba-tiba berhenti sama sekali lalu lebat lagi dalam beberapa menit. Ketika hujan berhenti pertama kali saya manfaatkan dengan meminta anak-anak mengamati jembatan yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan dulu. Mulai dari bentuk konstruksinya, bahan yang digunakan, sampai hal-hal unik yang mereka temukan di sekitar jembatan.

Tak lama hujan kembali turun. Anak-anak sudah tak bisa ditahan lagi. Satu persatu berlarian dibawah hujan. Lompat kesana kemari sibuk bermain basah-basahan. Percuma suara saya berteriak-teriak mereka tetap asyik bermain hujan. Tak kurang maaf saya kepada orangtua mereka dengan sibuk menekan HP memberitakan. Untunglah semua menyatakan izin membiarkan anak-anaknya bermain hujan walaupun terselip kecemasan mereka sakit.

Sampai siswa terakhir pulang baru saya beranjak meninggalkan lapangan Sempur. Field trip memang melelahkan, tapi mendengar ucapan mereka yang tidak ingin dipisahkan sampai kelas 9 dan keinginan mereka untuk kembali belajar di tempat ini, memunculkan semangat. Bahwa belajar tidak harus selalu di kelas, bahwa kebersamaan, kekompakan, gotong royong, saling perhatian antar teman, dapat dirasakan bahkan pada saat mereka bermain hujan.

Bogor, 20 maret 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post