Kemalangan guru Budi banyak membuka kesadaran dari berbagai sisi. Bahwa beliau honorer, multi talenta, disukai murid dan di tangan muridnya pula beliau berpulang.

Biasanya, setiap ada kejadian yg melibatkan fisik pada siswa entah jatuh atau terluka, guru selalu berinisiatif untuk segera melakukan pertolongan pertama. Membawa ke klinik atau ke rumah sakit terdekat dan mengabarkan kepada orangtua. Namun ketika kejadian ini menimpa guru Budi, ternyata terabaikan karena tidak terlihat luka dan guru Budi tidak mengeluh sakit. Seandainya saja istri guru Budi dikabarkan mengenai kejadian yang menimpa suaminya, sang istri pasti akan lebih waspada.

Tapi bukan itu yg ingin saya ceritakan. Pak guru Budi mengajar seni rupa. Mata pelajaran yang sering dianggap tidak penting karena bukan mata pelajaran yang di-UNkan. Mungkin itu yang ada di benak siswa yang memukul guru Budi.

Menguasai siswa pada pelajaran ekspresif di jam terakhir bukan perkara mudah. Kelelahan dalam menerima pelajaran sejak pagi membuat kebebasan berekspresi menjadi kebablasan. Buat sebagian siswa akhirnya malah berpotensi untuk dijadikan ajang mengeksploitasi teman dan guru. Guru seni serba salah. Bila baik tak dihormati, menjadi galak, ini pelajaran seni, pelajaran yg menyenangkan bukan untuk ditakuti.

Kabarnya guru Budi memberi konsekuensi siswanya dengan mencoreti wajah. Begitu terhinanya siswa ini sehingga harus melayangkan tinju. Jika guru Budi membiarkan siswa ini tidur saja dan menjadikannya dianggap guru lemah, mungkin guru Budi masih bisa menggesek biola dan menenangkan tangis anaknya.

Menggaungkan pendidikan karakter ternyata tidak semudah melaksanakannya di kelas seni. Kelas yang akan menghasilkan karya yang sarat makna, kelas yang menawarkan relaksasi dan rekreasi dan dengan sedikit bakat dapat menghidupi mereka kelak. Kelas seni bukan tidak penting.

Saya mengajar prakarya. Dan saya mencintai pelajaran ini. Walau mereka seringkali gaduh, menceceri lantai kelas dengan tepung, selalu berteriak memanggil saat tak tahu harus melakukan apa, mengizinkan mereka tidur, dan selalu siap membantu tetapi tidak membuatkan.

Hari ini, dalam pelajaran prakarya, saya izinkan mereka mencoreti wajah temannya setelah karya yang mereka buat selesai.

Catatan:

1. Mengizinkan siswa tidur dengan pertimbangan supaya tidak mengganggu siswa lain. Persetujuan guru untuk 'menyuruh' siswa tidur mengesankan bahwa guru paham kebutuhannya untuk istirahat dan membuatnya menjadi tidak 'melanggar'.

2. Menetapkan target yang perlu dicapai sehingga siswa berusaha memenuhi target yang ditetapkan untuk memperoleh nilai.

3. Menekankan selalu pada kebersihan sebelum dan sesudah melaksanakan praktek serta keselamatan kerja. Beri waktu lebih agar siswa dapat membereskan bersama-sama.

4. Anak-anak yang ada dalam artikel ini sudah saya pastikan mencoreti wajah dengan bahan yang khusus dan aman digunakan pada kulit.