misel

Selly Octarina, lulusan FIA-UB Malang, mengajar di SMPN 1 Bogor (2004-2019) lalu pindah bertugas di SMPN 7 Bogor sejak Januari 2020. Selama ini menulis dil...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pak Guru Sakit

Sudah hampir 2 minggu saya tidak melihat Pak Ahmad di meja kerjanya. Pria yang mengajar Bahasa Inggris di kelas 9 itu kabarnya sakit. Pak Ahmad memang sudah tidak tergolong muda, 2 tahun lagi dia pensiun.

Sebetulnya tidak 2 minggu persis. Hari Jumat, 4 hari yang lalu saya melihat Pak Ahmad duduk di mejanya yang kebetulan letaknya di pojok ruang guru. Mukanya tampak pucat dan badannya yang semula gemuk menjadi lebih kurus, katanya dia kehilangan 5 kilo berat badannya. Anak-anak bergantian datang meminta dan mengumpulkan tugas ke mejanya. Pak Ahmad hanya bisa minta maaf kepada murid-muridnya, dia belum bisa masuk kelas. Teman-teman guru merasa khawatir melihat penampilan Pak Ahmad yang loyo dan tampak tak bertenaga. Semua menyarankan Pak Ahmad untuk pulang dan beristirahat di rumah. Beberapa bahkan menyarankan Pak Ahmad untuk dirawat di Rumah Sakit saja. Dia hanya tersenyum.

Minggu ini kebetulan anak kelas 9 melaksanakan Test Uji Coba untuk UN. Kegiatan ini berlangsung menggunakan laboraturium komputer sehingga anak-anak kelas 9 tidak belajar dan pulang setelah TUC selesai. Pak Ahmad tidak harus meminta maaf karena tidak hadir. Jam pelajarannya dipakai untuk TUC.

Akhirnya Pak Ahmad kembali ke sekolah. Mukanya masih pucat dan badannya lemas. Dia kena Thypus.

"Bosan di rumah," katanya menjawab teman-teman yang mempertanyakan dia sudah masuk padahal masih lemas.

"Kenapa ngga ke Rumah Sakit aja sih Pak? Kan bisa istirahat total, jadi cepat pulih lagi," Bu Hera sejak awal selalu menyarankan Pak Ahmad untuk dirawat, mungkin karena suaminya seorang dokter, jadi Bu Hera tahu keadaan seperti Pak Ahmad sebaiknya dirawat di Rumah Sakit.

"Kasihan Bu orang rumah kalau saya dirawat, harus nunggui, ikut nginep, pokoknya repot," Pak Ahmad berkeras.

"Tahu ngga, Bu, selama saya sakit anak-anak perwalian saya rajin jenguk," lalu dia senyum-senyum.

"Kok senyum sih Pak?" Bu Aminah penasaran melihat senyum Pak Ahmad.

"Anak perwalian saya lucu-lucu, Bu. Setiap mereka datang adaaa saja yang dibawa," katanya dengan logat jawa yang kental sambil masih tersenyum.

"Sekali mereka bawa kue, besoknya buah-buahan. Terus mereka tanya saya mau buah apa. Saya canda bilang buah semangka, eeh betul-betul pas datang lagi mereka bawa semangka, lucu," Pak Ahmad tersenyum lalu terkekeh mengingat kelakuan anak perwaliannya yang dia anggap lucu.

Padahal Pak Ahmad terkenal galak saat mengajar. Tegas lebih tepatnya. Terhadap anak perwaliannya juga Pak Ahmad termasuk keras dalam menerapkan disiplin. Anak-anak kadang takut melihat wajahnya yang dihiasi kumis tebal itu. Tapi Guru segalak apapun tetap manusia yang punya hati dan anak-anak tetaplah anak-anak yang menghormati dan mencintai gurunya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post