Pembina upacara di awal tahun 2022
Deg... Deg.... Jantung serasa berpacu dengan dentingan jarum detik di jam tangan. Meski sudah beberapa kali menjadi pembina upacara tetap saja grogi. Bagaimana tidak... Upacara ini jelas saja berbeda dari upacara biasanya. Jika dahulu siswa dan gurunya sedikit sekarang tak tanggung-tanggung jumlahnya. Duh..... Gimana ini??? Kuat gak ya... Pertanyaan itu seakan menari-nari dan tiba-tiba pembina upacara cadangan datang.... Bapak... Gantiin pembina upacara donk.... Heheehhe..... Seraya bapak Rusdi yang merupakan pembina upacara cadangan menjawab "udah lanjut aja... Ibu Eza Bisa...... " walau grogi seakan menguatkan... Karena bapak Rusdi termasuk rekan kerja yang selalu mensupport ibu Eza. Bismillah pak... Jawab Bu Eza pelan...
Sebenarnya yang ditakutkan Bu Eza bukan peserta upacara dengan 63 gtk dan 500 lebih siswa.... Tapi cahaya matahari yang bisa begitu saja menukik naik yang bisa mengolengkan kepalanya dan meruntuhkan pertahanan kakinya. Ya.... Bukan amanat upacara yang menggetarkan jiwanya, tapi takut pingsan..... Hehehheee...... Gak segitunya juga ibu Eza.
Pembina upacara memasuki lapangan upacara.... Jreng.. Jreng... Jrengjreng..... Dentuman drumband mengiringi pembina upacara. Tak terasa cuaca seakan merestui kondisi pembina upacara... Ya... Hari begitu sendu, tak ada tanda-tanda matahari akan menukik tajam. Masya allah, luar biasa... Allah S. W.T benar-benar mengabulkan do'a ibu Eza.
Semua kegiatan upacara berjalan dengan lancar dan khidmat... Dan tibalah di amanat upacara. Seraya mengambil mikrofon yang di berikan, bu Eza berbicara dalam hati, "saatnya uji publik speaking yang beberapa waktu ini meredup".... (maklum dah lama mantan aktivis di masa perkuliahan pegang mikrofon. Jika dulu nyaris setiap kegiatan selalu pegang mikrofon entah pembawa acara, sambutan ketua panitia, sambutan ketua organisasi atau apapun itu. Hingga akhirnya lulus dan mendapatkan penghargaan "aktivis terbaik". Semenjak punya baby ingin rehat sejenak fokus pada anak-anak yang masih kecil).
Alhamdulillah amanat berjalan lancar dan upacara dilakukan sampai selesai. Setelah itu rekan kerja memberikan selamat dan memuji publik speaking bu Eza. Alhamdulillah....... Publik speakingku bemum luntur pasca gantung mikrofon.
Pembina upacara seakan jadi momok yang aman menakutkan bagi sebagian kalangan. Bagaimana tidak, berbicara di delan banyak orang bukanlah hal yang mudah, yang bisa dipelajari dalam waktu satu jam dua jam, tapi membutuhkan jam terbang yang intensif. Sebenarnya menjadi pembina upacara bukanlah hal menakutkan. Dari kita mencoba di sana kita sedang menguji kemampuan yang kita miliki dan jika ada kesalahan kita dapat belajar memperbaiki. Ya... Tidak penting berapa kali kamu salah, yang terpenting berapa kali kamu memperbaiki kesalahan. Bukankah kita harus terus belajar dan belajar menjadi lebih baik lagi? Terus kenapa takut?
#tagur365harike5
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Buk Eza luar biasa... Salam literasi
Makasih buk rina.... Buk rina juga luar biasa... Salam literasi...