Sepsep Hindarsah

Sepsep Hindarsah, Lahir di Kota Cianjur 16 Desember 1990. Anak ke-3 dari 3 bersaudara yang semua kakaknya perempuan. Bertugas sebagai Staff Perpustakaan di SMP ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pemetik Bulan

Pemetik Bulan

PEMETIK BULAN

Siang ini hari begitu panas seperti matahari berada di atas ubun-ubun. Tetapi kedua anak kecil itu tetap saja riang bermain. Ada seorang anak laki-laki yang berteduh di bawah pohon, menunggu angkot yang akan mengantar pulang ke depan rumah dan sekitar 30 menit kemudian dia sampai. Setelah menyimpan sepatu dan tas lalu mengganti baju seragam putih abu, dia membanting tubuhnya ke ranjang sembari memandangi almanak yang sudah di buka lembarnya 29 hari yang lalu.

“Alhamdulillah lusa sudah masuk bulan Ramadhan.”

“Mat...Kemari sebentar.” ada suara dari balik pintu kamar.

“Iya, sebentar Bu.”

“Ada apa Bu?”

“Ini mat... Tolong bantu ibu belikan gula dan garam di warung Haji Nano ya”

“Iya Bu.”

“Nah ini uangnya.”

Rahmat pun bergegas membeli gula dan garam di warung Haji Nano. Dia berjalan melewati pohon mangga yang berdaun hijau lebat dan jembatan yang ditumbuhi lumut-lumut. Di depan warung Haji Nano dari arah berlawanan, Rahmat melihat ada seorang pengemis dengan baju compang camping dan lusuh berjalan.

“Bu minta uang, saya belum makan dari kemarin.”

“Pergi sana jangan kemari nanti dagangan saya jadi pada bau, kotor dan

tidak ada yang mau beli.”

Rahmat menghampiri pengemis itu dan memberikan setengah uang yang tadinya akan dipergunakan untuk belanja. Pengemis itu berterimakasih kemudian pergi.

“Mat kenapa kamu kasih pengemis itu uang?”

“(sambil tersenyum simpul) tidak apa Bu, uangnya masih cukup untuk belanja”

“Ya udah kalau gitu. Mau beli apa?”

“Saya mau beli gula dan garam.”

Rahmat merogoh kantong celana sebelah kiri ternyata masih ada uang lebih kembaliaan waktu membeli lampu kemarin.

“Nah ini gula dan garamnya”

“Terimakasih ya bu”

Kemudian rahmat kembali berjalan kerumahnya. Ketika sampai di depan pagar pintu rumah. Rahmat sempat kaget ada suara anak perempuan menangis. Dia menghampiri anak itu.

“Kenapa de?”

“Kucing saya masuk ke kolong mobil!”

“Sebentar ya kakak akan ambilkan”

“Pus...pus..sini”

Kucing itu keluar dari kolong mobil dan berhasil diambilnya.

“Nanti hati-hati ya De, Jangan main dengan kucingnya di luar rumah.”

“Iya kak, makasih banyak”

Rahmat masuk ke dapur untuk memberikan belanjaan ke ibunya.

“Assalamualaikum, bu ini belanjaannya”

“Iya, taruh dilemari sebelah kiri rak piring yang ada toples warna biru”

“Ok bu..”

“Sebentar, kamu habis darimana? pakaian jadi kotor begitu.”

“Saya tadi bawa kucing dari kolong mobil bu”

“Cepat mandi sana?!”

“Iya bu”

Rahmat pun bergegas ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya dengan air serta mengambil wudhu.

Langit yang tadi berwarna biru perlahan mulai diselubungi oleh awan. Lalu terdengar suara adzan yang berkumandang mengiringi matahari yang berganti senja terbenam di ufuk timur.

“Assalamualaikum”

Terdengar suara salam dari pagar rumah. Ternyata ayah baru pulang dari kantor, Ayah membawa buah tangan. Karena tidak jauh dari kantor banyak sekali pedagang makanan.

“Bu rahmat mau ke masjid”

“Iya hati-hati dijalan ya”

“Bu kalau ayah mau ke masjid?”

“Sepertinya tidak, karena baru pulang dari kantor dan sholatnya mau di rumah

saja”

Rahmat kemudian berangkat ke masjid. Setelah selesai sholat kemudian dia berjalan ke selasar sebelah kanan masjid. Untuk mengajari anak-anak belajar mengaji. Suara lantunan ayat suci menggema ke seluruh masjid. Muadzin mengumandangkan adzan isya, anak-anak pun selesai belajar mengaji. Kemudian rahmat melaksanakan sholat isya berjamaah. Setelah selesai sholat, Ketua DKM menghampirinya.

“Mat.. Kesini sebentar”

“Iya, ada apa pa?”

“Kamu isi kegiatan untuk di bulan Ramadhan nanti”

“Insyaallah Pa. Nanti saya akan agendakan untuk kegiatan selama Ramadhan.”

Kemudian ada anak perempuan yang memanggil dari balik kain pembatas shaf solat untuk laki-laki dan perempuan.

“Kakek... ayo pulang ke rumah”

“Iya cucu ku”

“Pak itu siapa?”

“Itu cucu bapak yang baru datang dari Bandung tadi pagi”

Lalu ada anak perempuan yang sebaya umurnya dengan rahmat dan berkerudung merah dekat dengan cucunya Pak DKM.

“Oh... anak itu kan yang tadi sore aku bantu tapi siapa ya yang ada disebelahnya berkerudung merah?.,” “Pa permisi saya mau pulang duluan. Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

Sampai di rumah rahmat langsung ke kamarnya dan duduk dipinggir ranjang. Rahmat masih terbayang dengan perempuan berkerudung merah tadi.

***

Rahmat bangun ketika pagi masih belum menunjukkan sinarnya dan dinginnya udara menusuk tulang dan membuat bulu kuduk serta kulit menggigil. Kemudian rahmat mengambil air wudhu dan pergi ke masjid untuk melaksanakan solat subuh. Hari ini rahmat akan bertemu dengan perempuan yang tidak asing lagi wajahnya di ingatannya.

“Bu...Bapak... Rahmat pergi berangkat sekolah. Assalamualaikum.” Sambil salam mengucapkan salam dan mencium tangan kedua orang tuanya.

Angkutan umum kali ini ada lebih awal dan berisi banyak siswa yang akan berangkat ke sekolah. Ada siswa yang sedang membaca buku, ada yang sedang mendengarkan musik lewat handphonenya dan ada yang sedang bermesraan dengan teman perempuannya. Rahmat duduk di angkutan umum di bagian dekat pintu turunnya penumpang. Tiba-tiba ada siswa dari sekolah SMK yang membawa motor ngebut dan menyenggol bagian samping kanan angkot. Sopir angkot membanting setirnya ke arah kiri untuk menghindari motor yang menyalip tadi dan mengerem mendadak angkot itu.

“Bangsat, kalau bawa motor jangan sok jagoan?!”

Kemudian sopir itu melihat ke arah penumpang yang tadi berhimpitan karena rem mendadak.

“Maaf, kalian tidak apa-apa”

“Aaahhh si amang ini ngerem angkotnya ngedadak banget.”

Tetapi penumpang yang lain merasa sedih dan ada yang menjerit ketika melihat Rahmat yang duduk di pinggir pintu turunnya penumpang terpelanting dan jatuh kepalanya membentur aspal. Bajunya yang kini terkena cipratan darah segar yang mengalir dari kepalanya. Seluruh siswa tadi diminta pindah ke angkot lain, kemudian angkot itu membawa Rahmat ke Puskesmas. Tapi ada perempuan yang belum turun.

“Neng belum turun?”

“Tidak mang, saya mau ikut nganter ke Puskesmas”

Setelah sampai di Puskesmas, sopir itu membawa ke bagian dalam Puskesmas. Anak perempuan itu kemudian bilang terimakasih banyak dan sopir itu pun pergi. Dikeluarkannya telepon genggam dari tasnya dan memberitahukan kepada kakeknya tentang peristiwa yang terjadi.

“Kring...Kring...Assalamualaikum. Maaf ini dengan siapa?”

“Waalaikumsalam, Bu ini dengan Pak Sumana. Rahmat tadi mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke sekolah dan sekarang sedang di Puskesmas”

Innalillahiwainnailahirojiun, setengah tidak percaya yang menghantui pikiran Ibu setelah mendengar kabar dari ujung telepon itu. Tidak menunggu lama, Ibu mengucapkan terimakasih atas diberitahukannya kabar itu, bergegas menuju Puskesmas. Sampainya di Puskesmas Ibu bertemu dengan Erika yang menunggu penanganan pada anaknya itu.

“Bagaimana keadaan Rahmat sekarang Erika?”

“Masih dilihat oleh mantri Bu”

Tidak lama kemudian Mantri bertemu dengan Ibu dan merujuk segera membawa Rahmat ke Rumah Sakit. Erika menghubungi kakeknya supaya membawa mobil dan bersiap untuk mengantar Rahmat ke Rumah Sakit. Ibu berterimakasih kepada Erika karena mau membantunya sejauh ini. Tidak lama kemudian kakeknya datang dan membawa Rahmat dan Ibunya ke Rumah Sakit. Rahmat dirujuk ke Instalasi Gawat Darurat berselang 3 jam, ada petugas yang menghampiri Ibu.

“Ibu maaf anak ibu kekurangan darah akibat dari kecelakaan tadi, kebetulan golongan darahnya mengalami kekurangan stok”

“Oh... Kalau ibu beda golongan darahnya dengan Rahmat yang sama itu ayahnya tapi sekarang sedang di kantor”

“Bagaimana ya Bu?”

Kemudian Erika menawarkan dirinya untuk mendonorkan darahnya. Karena golongan darahnya sama dengan Rahmat.

“Pak, saya mau mendonorkan darah saya. Karena kebetulan golongan darahnya sama”

“Kalau begitu cepat neng ke ruang sebelah sana.”

Darah tadi segera ditransfusikan ke Rahmat. Rahmat kepalanya masih diperban oleh kain kassa dan tangannya masih belum bergerak. Ibu, Erika, dan Pak Sumana terlihat cemas.

Langit tidak terasa sudah menjadi jingga dan suara adzan sudah dikumandangkan. Erika dan Pa Haji Sumana pamitan untuk pulang ke rumahnya. Sementara Ibu menunggu Rahmat kembali sadar dan Ayahnya datang ke Rumah Sakit.

“Apakah aku sudah mati?”

“Akh...Kepala ini masih terasa pusing, mata ini terasa berat.”

“Di mana aku sekarang, apa yang telah terjadi?”

“Mengapa sekarang aku berada di ruangan serba putih”

Banyak pertanyaan yang mulai menyeruak dari pikiran rahmat. Rahmat melihat jarum jam yang bergoyang, karena pengaruh benturan tadi pagi. Kemudian dia mencoba menggerakkan jari-jari tangannya dan menoleh ke sebelah kanan ternyata Ibu nya dan di sebelahnya ada ayahnya, Mereka berdua terlelap. Setelah itu Rahmat kembali memejamkan matanya.

***

Terdengar suara tahrim, kemudian mata Rahmat sedikit terbuka dia melihat Ayah dan Ibunya sedang sahur. Dia ingat ternyata hari ini sudah masuk bulan suci Ramadhan. Rahmat merasa sedih tidak bisa ikut sahur bersama Ayah dan Ibunya seperti tahun yang lalu.

Pagi kembali datang dengan cerah, sinaranya menembus jendela dan gorden kamar Rahmat dirawat. Pak Haji Sumana, Erika dan adiknya menjenguk Rahmat.

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

“Eh... ada Pak Haji dan Erika”

“Iya, kami mau menjenguk Rahmat Bu.” Jawab Erika

“Rahmat bagaimana perkembangannya sekarang Bu?” tanya Haji Sumana.

“Alhamdulillah sekarang sudah bisa melirik dan bisa menggerakkan jari tangannya.”

“Owh syukurlah kalau begitu”

Mata Rahmat kembali terbuka dan menoleh ke arah Ibunya dan tertuju pada perempuan yang berada disebelah Pak Haji Sumana.

“Rahmat kamu pasti belum tau ya, ini Erika cucu Bapak yang dari Bandung.”

“Dia pindah ke sekolahan kamu”

Rahmat kembali teringat tentang peristiwa pertemuannya waktu di masjid dan sosok perempuan yang membantunya masuk ke dalam angkot setelah mengalami kecelakaan.

“Neng Erika juga yang mendonorkan darahnya kepada kamu Mat” kata Ibu.

Rahmat mengucapkan terimakasih meskipun sedikit terbata-bata kepada Erika dan Pak Haji Sumana dan dalam hatinya dia bersyukur ternyata masih diberi kesempatan oleh Allah bertemu dengan bulan suci yang dia tunggu selama ini.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih mas masukannya. Aamiin ya allah ya rabbal alamiin. Sukses juga buat mas nya :)

17 Nov
Balas

Mantab mas ceritanya. Dibuat sambung pembaca jadi penasaran. Salam sukses

17 Nov
Balas



search

New Post